Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang pada Mei 2024 sebesar US$2,93 miliar atau 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan surplus ditopang oleh komoditas non migas yang tercatat US$4,26 miliar.
"Komoditas penyumbang utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan, besi baja," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (19/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Surplus pada Mei ini bahkan lebih tinggi dari pada April 2024 yang tercatat US$2,72 miliar dan Mei 2023 sebesar US$430 juta.
Namun, di tengah surplus ini, ekspor komoditas utama unggulan Indonesia seperti batu bara dan CPO justru anjlok pada Mei ini dibandingkan bulan sebelumnya.
Ekspor batu bara tercatat senilai US$2,50 miliar atau turun 16,85 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya (yoy). Sedangkan, dibandingkan bulan lalu (mtm) turun 4,04 persen.
Kemudian, ekspor CPO tercatat US$1,08 miliar. Realisasi ini turun 22,19 persen (mtm) dan 27,11 persen (yoy).
Dari tiga komoditas unggulan ekspor Indonesia, hanya besi dan baja yang meningkat. Ekspor besi dan baja tercatat US$2,20 miliar atau naik 1,22 persen (mtm) dan 8,30 persen (yoy).