PT Pertamina (Persero) menyampaikan telah menyusun roadmap atau peta jalan bisnis Carbon Capture Storage (CCS) yang memiliki potensi penyimpanan CO2 hingga lebih dari 570 gigaton, khususnya di cekungan akuifer asin, hingga tahun 2060 mendatang.
Pada Forum Internasional & Indonesia CCS (IICCS) 2024 di Jakarta Convention Center, Senayan, Rabu (31/7), Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina A. Salyadi Saputra menyatakan bahwa teknologi CCS penting untuk mengurangi emisi, di mana Indonesia merupakan penghasil gas rumah kaca.
"Pertamina percaya bahwa melalui teknologi CCS, Indonesia dapat mencapai target NZE pada 2060 dan menjadi pemimpin dalam transisi energi di kawasan Asia," ujar Salyadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun roadmap pengembangan CCS itu terbagi menjadi tiga tahap. Pada tahap pertama yang dijadwalkan berjalan hingga 2030, Pertamina akan membangun kemampuan domestik melalui studi teknis dan menjalin kolaborasi dengan pemangku kepentingan.
Di Tahap Kedua atau Jangka Menengah (2030-2040), Pertamina akan meningkatkan kapasitas dan mengembangkan klaster CCS untuk mendekarbonisasi operasi domestik dan lintas batas. Terakhir, di Tahap Ketiga atau Jangka Panjang (2040-2060), Pertamina akan menjadi pemimpin regional yang matang dalam CCS, dengan mengintegrasikan hub CCS dan memperluas infrastruktur transportasi CO2.
"Kita harus menyeimbangkan peningkatan akses terhadap energi yang terjangkau dan melimpah dengan pengurangan dampak lingkungan. Ini adalah tantangan yang harus kita hadapi bersama," kata Salyadi.
Saat ini, Pertamina tengah mengembangkan 11 proyek CCS dengan target pada 2030 berupa kapasitas penyimpanan CO2 sebesar 7,3 gigaton dan tingkat injeksi sekitar 7 juta ton CO2 per tahun pada 2030. Beberapa proyek ini mencakup kolaborasi dengan ExxonMobil di Cekungan Asri, serta pengembangan hub CCS di Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah.
"Dengan dukungan dari semua pihak, Pertamina siap mengambil peran strategis dalam perjalanan menuju masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan," kata Salyadi.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan dukungan penuh terhadap inisiatif pengembangan bisnis CCS Pertamina. Bukan saja sejalan dengan Peraturan Presiden nomor 14 tahun 2024, langkah ini juga mewujudkan komitmen dan keseriusan Indonesia dalam dekarbonisasi.
Luhut menambahkan, pemerintah akan mendukung regulasi dan kemitraan yang kuat untuk keberhasilan implementasi CCS.
"Kami memahami bahwa CCS memerlukan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, kami memimpin upaya penerapan CCS di Asia untuk mempercepat regulasi turunan yang diperlukan," katanya.
Lebih jauh, Luhut juga menggarisbawahi akan mengundang investor asing untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek di Kalimantan dan daerah lainnya.
"Dengan posisi strategis Indonesia dan kapasitas penyimpanan yang luas, kami yakin inisiatif CCS ini dapat membawa Indonesia menjadi yang terdepan dalam bidang ini," ucap Luhut.
Sementara, Vice Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menambahkan, CCS/CCUS sebagai salah satu program Pertamina dalam penurunan emisi membuat Pertamina terus mengembangkan teknologi tepat di industri hulu migas.
"Program CCS adalah bagian dari strategi bisnis Pertamina, untuk memperkuat dekarbonisasi dari bisnis eksisting. Sebagai perusahaan berkelanjutan, partisipasi aktif Pertamina dalam penurunan emisi diharapkan berkontribusi untuk tercapainya target net zero emission 2060," kata Fadjar.
(rea/rir)