Penyetor Jumbo Dividen Kas Negara Jadi Saham Favorit di Bursa

CNN Indonesia
Jumat, 04 Okt 2024 17:09 WIB
ILUSTRASI saham. Dalam beberapa tahun terakhir, saham Himbara menjadi saham favorit di bursa berkat kinerja yang terus meningkat setiap tahun. (iStock/solarseven)
Jakarta, CNN Indonesia --

Saham perbankan jadi koleksi favorit investor saham pemula. 'Pemain' lama pasar modal yang ingin berinvestasi jangka panjang juga gemar menjadikan sektor perbankan sebagai andalan.

Alasannya, saham perbankan dikenal sebagai saham defensif alias tangguh. Kalau harganya naik mungkin tak terlalu melesat, tetapi begitu jatuh pun tak bakal amblas parah.

Selain itu, sektor perbankan, terutama bank-bank konvensional yang sudah lama melantai di bursa saham, dikenal royal membagikan dividen besar.

Head of Customer Literation and Education dari Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengatakan investor pemula sebaiknya mengenal kriteria kualitas terbaik emiten dengan beberapa indikator. Pertama, rajin menebar dividen, terlebih yang memiliki sejarah lebih dari tiga tahun selalu membagi dividen.

"Artinya perusahaan memiliki kinerja laba yang positif dan stabil, selain itu dividen juga merupakan bentuk apresiasi perusahaan kepada para pemegang saham," katanya kepada CNNIndonesia.com.

Kedua, memiliki economic moat atau keunggulan berbeda dibanding kompetitor. Menurutnya, perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif berkelanjutan akan sulit ditandingi sehingga dapat mempertahankan profitabilitas. Terakhir, perusahaan menjalan Good Corporate Governance (GCG) dengan baik.

Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) atau bank jenis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masuk daftar saham perbankan favorit investor pemula. Bank Mandiri, BRI, BNI hingga BTN kerap mejeng di daftar 'watchlist' mereka. Bank-bank pelat merah ini pun dikenal royal menebar dividen lebih dari 50 persen laba perseroan.

"Emiten bank, khususnya big bank, secara umum sudah memenuhi kriteria di atas dan secara kapitalisasi pasar juga tergolong besar dengan bobot lebih dari 10 persen terhadap IHSG," imbuhnya.

Yang untung tentu saja bukan cuma investor ritel, tetapi juga negara. Sebab, pemerintah Indonesia merupakan pemegang saham mayoritas Himbara.

Perusahaan pelat merah menyumbang Rp1.940 triliun sepanjang 2020 hingga 2023. Kontribusi itu terdiri dari pajak sebesar Rp1.391,4 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp354,2 triliun, dan dividen Rp 194,4 triliun.

Khusus dividen, setoran BUMN ke kas negara cenderung meningkat. Pada 2020, kontribusinya Rp43,88 triliun dan pada 2023 setorannya melambung nyaris dua kali lipat menjadi Rp81,21 triliun. Nah, setoran dividen yang fantastis tersebut mayoritas disumbang oleh Himbara.

Kinerja cemerlang BUMN, termasuk Himbara, berlanjut ke tahun ini. Bahkan, pada semester I 2024 setoran dividen ke negara tembus Rp85,5 triliun. Capaian tersebut sudah melampaui target yang ditetapkan pemerintah. Pasalnya, Menteri BUMN Erick Thohir hanya mematok target dividen sebesar Rp85 triliun pada tahun ini.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan pembagian dividen ini merupakan bentuk komitmen BRI dalam menciptakan nilai ekonomi utamanya bagi para shareholders.

Menurutnya, melalui strategi dan inisiatif yang didukung pengelolaan modal yang baik, pihaknya optimis akan terus menciptakan nilai dan memberikan imbal hasil yang optimal kepada pemegang saham.

"Ini adalah bukti nyata bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki fungsi agent of development dan value creator dapat menjalankan peran ekonomi dan nilai sosial secara simultan," ujarnya.

Sunarso menuturkan melalui pembayaran pajak dan dividen, laba yang diperoleh BRI dan BUMN lainnya akan kembali ke negara, yang merupakan pemegang saham mayoritas. Sejak 2019 hingga akhir 2023, total dividen yang disetor BRI kepada negara mencapai Rp65,48 triliun.

"Selanjutnya, laba ini digunakan untuk kepentingan rakyat Indonesia melalui berbagai program pemerintah," imbuhnya.

BRI tercatat sebagai jawara di daftar BUMN yang membagikan dividen tertinggi. Tahun lalu, BRI membagikan dividen sebesar Rp48,10 triliun. Dengan kepemilikan sebesar 53,19 persen saham di BRI, pemerintah Indonesia menerima dividen sekitar Rp25,71 triliun. Nilai dividen BRI ini setara 30 persen dari total dividen BUMN untuk negara.

Bank Mandiri, yang berada di urutan kedua penyetor dividen terbesar, juga menetapkan 60 persen dari laba bersih konsolidasi pada 2023 yang mencapai Rp55,1 triliun. Artinya, dividen yang ditebar kepada pemegang saham senilai Rp33,03 triliun. Sisa 40 persen laba yang ditahan digunakan untuk penguatan modal dan pengembangan usaha.

Dari nilai tersebut, Bank Mandiri membagikan dividen sebesar Rp17 triliun kepada pemerintah sebagai pengendali dengan kepemilikan saham 52 persen. Lebih rinci, besaran dividen per lembar saham (dividen per share) emiten berkode BMRI ini sekitar Rp353,95, naik 33 persen secara year on year (yoy).

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi bahkan sudah membocorkan besaran rasio dividen (dividend payout ratio) tahun buku 2024.

Ia memastikan permodalan Bank Mandiri mencukupi. Karena itu, Darmawan memperkirakan pembayaran dividen tahun depan tak akan turun.

"Nggak ada perubahan. Kinerja Mandiri bagus, jadi paling tidak sama dengan tahun lalu untuk rasionya," ujarnya di Plaza Mandiri, Senin lalu (30/9).

"Karena kan secara capital memang kita cukup, sehingga dividend payout ratio kita proyeksikan tidak akan turun," imbuhnya.


BNI juga dikenal getol menebar dividen besar. Emiter berkode BBNI tersebut mencatatkan laba bersih sebesar Rp 20,90 triliun sepanjang 2023.

Perolehan laba ini naik 14,18 persen dibanding periode yang sama pada 2022, yakni Rp18,31 triliun.

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BNI memutuskan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar 50 persen dari total laba bersih tahun buku 2023.

"RUPST telah menyetujui pembagian dividen 50 persen dari laba bersih tahun buku 2023 atau Rp10,45 triliun," ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam konferensi pers RUPST BNI pada Senin (4/3).

Dengan jumlah saham beredar mencapai 37,29 miliar lembar, maka nilai dividen Rp280,49 per saham.

Bagaimana untuk tahun depan? Pemegang saham BBNI boleh bangga hati. Sebab, BNI sudah memberikan kisi-kisi besarnya dividen yang dibagikan pada tahun depan tak akan kurang dari 50% namun tetap keputusannya mengacu kepada persetujuan pemegang saham.

Menurutnya, pembagian dividen tahun buku 2024 yang bakal didistribuskan tahun depan belum diputuskan, serta masih meninjau kondisi pasar. Namun, ia memastikan besarannya tak akan kurang dari rasio tahun sebelumnya yaitu 50 persen dari total laba bersih.

"Kalau tahun lalu 50 persen (dari total laba bersih), jadi tetap kita jaga 50 (persen) seperti tahun lalu," katanya di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Kamis (15/8).

BTN juga memastikan besaran pembagian dividen tahun depan tidak akan turun. Emiten berkode BBTN itu menyebut rasio pembayaran dividen sekitar 20-25 persen dari laba bersih tahun ini.

Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu mengatakan pembagian dividen tersebut mempertimbangkan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR). Secara rata-rata, dividend payout ratio BTN 20 persen.

"Kita akan naikkan sama pemerintah. Tapi most likely sih saya kasih guidance saja 20 persen hingga 25 persen pasti," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (28/8).

Setoran bank BUMN ke APBN lima tahun terakhir:

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI

2019Rp9,52 triliun
2020Rp11,77 triliun (pandemi covid-19)
2021Rp6,92 triliun
2022Rp14,04 triliun
2023Rp23,23 triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau Bank Mandiri

2019Rp9,89 triliun
2020Rp6,16 triliun (pandemi covid-19)
2021Rp8,75 triliun
2022Rp12,84 triliun
2023Rp17,17 triliun

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI

2019Rp2,3 triliun
2020Rp492,57 miliar (pandemi covid-19)
2021Rp1,63 triliun
2022Rp4,39 triliun
2023Rp6,27 triliun 

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN

2019Rp12,55 miliar
2020tak membagikan dividen (pandemi covid-19)
2021Rp142,57 miliar
2022Rp365,4 miliar
2023Rp420 miliar

(vws/mrh/pta)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK