Punya Potensi Besar, Pertamina Serius Kembangkan CCS/CCUS di Indonesia

Pertamina | CNN Indonesia
Sabtu, 16 Nov 2024 13:48 WIB
Pelaksanaan CCS itu membutuhkan ekosistem yang solid, mulai identifikasi sumber CO2, transportasi, injeksi hingga basin penyimpanan.
SVP Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza menjadi pembicara pada Panel Diskusi Prospect of Carbon Capture & Storage Technologies Archipelagic Countries, di Pavilion Indonesia COP ke-29 di Baku, Azerbaijan, Jumat (15/11). (Foto: Pertamina)
Jakarta, CNN Indonesia --

PT Pertamina (Persero) sebagai pionir pengembangan Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS) Indonesia menegaskan dukungan terhadap upaya pemerintah mengurangi emisi karbon, serta visi pertumbuhan ekonomi 8 persen.

Komitmen tersebut diungkapkan SVP Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza dalam ajang Conference of the Parties (COP) 29, di Baku, Azerbaijan pada Jumat (15/11).

"CCS dan CCUS memegang peran penting dalam mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat," kata Oki.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk itu, Pertamina pun mengadakan sejumlah studi terkait potensi kapasitas penyimpanan karbon yang mencapai 7 gigaton CO2 guna mendukung pemenuhan target NZE Indonesia. Oki menyebut, pelaksanaan CCS membutuhkan ekosistem yang solid, mulai identifikasi sumber CO2, transportasi, injeksi hingga basin penyimpanan.

"Tantangan utama adalah biaya penangkapan karbon yang tinggi. Oleh karena itu, kami sedang mengembangkan kapasitas domestik untuk teknologi ini," katanya.

Selanjutnya, Pertamina juga telah melakukan sejumlah inisiatif pengembangan CCS/CCUS, seperti pada CCS Asri Basin di Jawa Bagian Utara, CCUS di Lapangan Jatibarang serta Sukowati.

Oki menyatakan, beberapa potensi lainnya juga telah masuk dalam rencana Pertamina ke depan, seperti potensi Indonesia menjadi hub regional untuk CCS di Asia Pasifik. Menurutnya, hal itu dimungkinkan karena Singapura, Korea, dan Jepang tidak memiliki kapasitas penyimpanan karbon yang memadai.

Lebih jauh, Oki mengatakan bahwa proyek CCS akan memerlukan modal besar, teknologi canggih, infrastruktur, dan regulasi yang mendukung.

"Kami juga membutuhkan insentif fiskal untuk membuat proyek ini layak secara ekonomi. Kerja sama internasional sangat penting. Pertamina telah menempuh berbagai kerjasama strategis dengan mitra internasional untuk mewujudkan inisiatif ini," ujar Oki.

Pada kesempatan yang sama, Senior Advisor for Strategis Planning ESDM, Muhammad Idris Sihite menekankan bahwa pemerintah mendukung upaya Pertamina ini dengan mengeluarkan regulasi seperti Perpres 2024, di mana CCS menjadi upaya konkrit mencapai ketahanan energi.

"CCS menjadi support dalam operasional industri migas nasional. CCS menjadi jawaban bagi industri migas untuk terus menjaga operasional produksi sekaligus mengurangi emisi karbon," kata Sihite.

Sihite menjelaskan, Indonesia memiliki potensi CCS mencapai 577,62 gigaton. Saat ini setidaknya ada 15 kajian dan pengembangan teknologi CCS yang tersebar di seluruh cekungan migas nasional.

"Butuh kolaborasi baik dari pendanaan maupun teknologi untuk bisa mewujudkan potensi CCS di Indonesia ini. Upaya ini mampu mengurangi emisi secara signifikan," kata Sihite.

(rea/rir)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER