Ribuan pekerja Amazon di Amerika Serikat (AS) akan menggelar aksi mogok pada Kamis (19/12) pukul 6 pagi waktu setempat.
Aksi ini dilakukan di tengah musim liburan yang merupakan periode tersibuk bagi perusahaan, setelah serikat pekerja menuduh Amazon menolak bernegosiasi terkait upah dan kondisi kerja.
International Brotherhood of Teamsters, serikat pekerja yang mengorganisir aksi ini, mengatakan karyawan di fasilitas Amazon di New York City; Skokie, Illinois; Atlanta; San Francisco; dan California Selatan turun ke jalan untuk menuntut kontrak kerja yang menjamin kenaikan upah dan perbaikan kondisi kerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Amazon jelas telah mengembangkan strategi untuk mengabaikan hak pekerja mereka untuk berorganisasi dan bernegosiasi secara kolektif," kata Benjamin Sachs, profesor hukum perburuhan dari Harvard Law School, seperti dikutip Reuters.
Lihat Juga : |
Teamsters menyatakan aksi ini melibatkan sekitar 10 ribu pekerja dari 10 fasilitas Amazon di AS, yang hanya mencakup 1 persen dari total tenaga kerja Amazon yang dibayar per jam.
Namun, aksi mogok ini diyakini dapat mengganggu operasi Amazon dalam memenuhi lonjakan pesanan musim liburan.
Serikat pekerja telah memberi tenggat waktu hingga Minggu lalu bagi Amazon untuk memulai negosiasi, tetapi perusahaan belum merespons.
Selain itu, Teamsters mengklaim telah membentuk barisan piket di ratusan pusat pemenuhan Amazon di seluruh negeri untuk memperluas tekanan.
Lihat Juga : |
Sementara itu, pengamat menilai Amazon cenderung enggan memenuhi tuntutan pekerja karena khawatir membuka peluang aksi serikat lebih besar di masa depan.
Amazon sendiri telah menghadapi serangkaian tantangan dari pekerja, termasuk aksi serikat pekerja di Staten Island, New York, yang menjadi gudang pertama di AS yang memilih berserikat pada 2022.
Namun, Amazon hingga kini menolak mengakui serikat tersebut dan telah mengajukan keberatan ke Dewan Hubungan Perburuhan Nasional (NLRB).
Selain itu, Amazon juga menghadapi tuntutan serikat pekerja di Alabama dan gugatan konstitusional terhadap NLRB di pengadilan federal.
Meski menghadapi berbagai tekanan, Amazon mengklaim telah meningkatkan kesejahteraan pekerja dengan menginvestasikan US$2,1 miliar atau senilai Rp34,1 triliun (prediksi kurs Rp16.260 per dolar AS) pada 2023 untuk menaikkan upah dasar karyawan pemenuhan dan transportasi di AS.
Kenaikan ini membuat upah rata-rata pekerja meningkat 7 persen menjadi US$22 atau setara dengan Rp357 ribu per jam.
Namun, upaya ini dinilai belum cukup oleh serikat pekerja, yang terus menuntut perbaikan mendasar terhadap sistem kerja di Amazon.
Sebagai perusahaan swasta terbesar kedua di dunia setelah Walmart, Amazon telah menjadi target serikat pekerja di berbagai negara, termasuk Spanyol dan Jerman, dengan isu yang sama yaitu upah dan kondisi kerja.
Di tengah aksi mogok ini, Teamsters menyebut gudang Amazon lainnya, termasuk fasilitas di California Selatan, dapat bergabung sewaktu-waktu, memperluas skala mogok kerja yang mengancam operasi Amazon selama musim tersibuk perusahaan.