Coca-cola menarik peredaran produknya di Eropa karena ditemukan kadar klorat yang tinggi dan berpotensi membahayakan kesehatan.
Dilansir AFP, Kamis (30/1), penarikan juga berlaku untuk varian soda lain seperti Coke dan Sprite.
Perusahaan mengungkapkan kaleng dan botol kaca yang mengandung kadar klorat tinggi beredar di Belgia, Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, dan Luksemburg sejak November.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tidak memiliki angka pasti, tetapi jelas bahwa itu adalah jumlah yang cukup besar," ujar manajemen Coca-Cola Europacific Partners Belgium kepada AFP terkait jumlah minuman yang terdampak.
Klorat bisa ditemukan pada makanan akibat penggunaan disinfektan klorin dalam pengolahan air dan makanan.
Pada 2025, Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) menerangkan paparan klorat jangka panjang dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi anak-anak, terutama mereka yang kekurangan yodium ringan hingga sedang.
Coca-Cola Europacific Partners Belgium memastikan sebagian besar produk yang terdampak dan belum terjual telah ditarik dari pasaran.
"Mayoritas produk yang terdampak dan tidak terjual telah ditarik dari rak-rak toko dan kami terus mengambil langkah-langkah untuk menarik semua produk yang tersisa dari pasar," terang perusahaan.
Kendati demikian, cabang Coca-Cola di Prancis menyatakan bahwa analisis dari para ahli independen menunjukkan risiko akibat konsumsi produk tersebut sangat rendah.
"Kami belum menerima keluhan apa pun dari konsumen tentang masalah ini," klaim perusahaan.
Sejumlah produk Coke dan Fuze Tea yang terdampak memang telah dikirim ke Prancis. Kendati, hingga saat ini, tidak ada perintah penarikan untuk pasar Prancis.
Atas kejadian itu, Coca-Cola Europacific Partners memohon maaf.
Temuan kadar klorat tinggi dalam produk sebelumnya diketahui melalui pemeriksaan rutin di fasilitas produksi di Ghent.
Produk-produk yang terdampak memiliki kode produksi mulai dari 328 GE hingga 338 GE. Beberapa merek yang terdampak penarikan termasuk Minute Maid, Nalu, Royal Bliss, dan Tropico.
"Kami sedang menghubungi otoritas terkait di masing-masing pasar yang terdampak," tambah perusahaan.