Pemerintah berencana mengimpor 100 ribu ton daging kerbau untuk memenuhi kebutuhan menjelang Ramadan dan Lebaran tahun ini.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan hal itu menjadi bagian dari strategi menjaga stabilitas harga dan memperkuat stok daging yang dikelola oleh pemerintah.
Arief menegaskan rencana impor tersebut sudah dibahas dalam rapat terkait evaluasi neraca komoditas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya, untuk Ramadan. Satu tahun. Kalau neraca komoditas itu biasanya satu tahun," ujarnya di Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta Pusat, Rabu (5/2).
Arief menjelaskan bahwa total impor daging ruminansia tahun ini diperkirakan mencapai 120 ribu ton, yang mencakup daging sapi dan daging kerbau. Namun, tambahan 100 ribu ton daging kerbau ini merupakan kuota terpisah dari angka tersebut.
"Ini kan 180 ribu ton ditambah 100 ribu ton. Bisa. Itu bisa di-state kalau gitu," ujarnya.
Arief mengatakan pemerintah menargetkan impor ini dapat direalisasikan secepatnya. Namun, mengenai pihak yang akan melaksanakan impor masih dalam tahap pembahasan.
"Swastanya belum pasti, karena kita mau harga stabil. Salah satu cara menjaga harga tetap stabil adalah dengan adanya cadangan pangan pemerintah," tutur Arief.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa stok daging yang dipegang pemerintah akan dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai bagian dari upaya intervensi pasar.
"Kalau kerbau, fix BUMN. Kenapa? Karena itu yang dipakai nanti pemerintah untuk intervensi," tegasnya.
Terkait asal impor, Arief menyebut bahwa India menjadi satu-satunya sumber utama daging kerbau untuk Indonesia.
"Ada negara alternatif enggak selain India? Enggak ada. Saya seizin Menteri Perdagangan. Yang namanya trade balance, kita juga harus menerima impor dari mereka," terangnya.
Sementara itu, keputusan final mengenai impor ini masih menunggu risalah resmi yang akan segera diterbitkan.
"Nanti kalau ada risalahnya, saya kabarin ya," ujar Arief.