Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah mengungkap alasan Indonesia membutuhkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), yang resmi berdiri setelah RUU BUMN disahkan menjadi Undang-undang dalam Rapat Paripurna DPR RI, Selasa (4/2).
Burhanuddin merupakan salah satu inisiator Danantara. Ia mengatakan sejak diinisiasi, badan ini memang diharapkan menjadi superholding bagi BUMN untuk menarik investasi masuk ke dalam negeri.
Sebab, selama ini penanaman modal asing (PMA) yang masuk ke Indonesia sangat kecil, hanya US$100 per kapita atau Rp1,6 juta per kapita (kurs Rp16.290 per dolar AS)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ternyata Indonesia sampai hari ini bukanlah negara yang diminati oleh para investor asing. Hal ini terbukti dari selama Indonesia merdeka, rata-rata investasi asing di Indonesia ini tidak lebih dari US$100 (per kapita)," ujarnya dalam diskusi Peran Danantara dalam Percepatan Pembangunan Indonesia yang ditayangkan dalam Youtube Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (5/2).
Menurutnya, kondisi tersebut jauh di bawah Vietnam. Padahal, Hanoi baru mulai membangun negaranya pada 1990-an. Apalagi jika dibandingkan dengan Singapura, Indonesia berkali-kali lipat tertinggal.
"Kita tahu Vietnam yang baru membangun tahun 90 (1990), rata-rata investasi asing per kapita di Vietnam US$400. Jangan sebut Singapura yang hampir US$2 juta per kapita. Jadi agak susah investasi asing ini masuk ke Indonesia," jelasnya.
Burhanuddin menuturkan investor enggan masuk ke dalam negeri karena tidak ada kepastian. Hal ini tercermin dari aturan terkait investasi di Indonesia kerap berubah tergantung dengan pemimpinnya.
"Mungkin karena rumah kita belum ditata dengan bersih, dengan apik dan terencana dengan baik. Kita sering mengubah-ubah aturan atau karena sering banyaknya hal-hal yang tidak menyenangkan, karena mungkin ada banyak tikus di rumah itu sehingga investasi asing tidak mau, tidak banyak yang masuk ke Indonesia," imbuhnya.
Dengan permasalahan itu semua, maka saat ia menjadi Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, mereka merancang Danantara. Lembaga ini akan difokuskan untuk membantu meningkatkan investasi dalam negeri melalui berbagai perusahaan negara.
"Karena itulah dipikirkan bagaimana kita mencoba menkonsolidasikan apa yang kita punya. Kita konsolidasikan, kita leverage dan kita punya BUMN kita yang cukup besar, karena itulah, maka kemudian dipikirkan bagaimana cara untuk mengkonsolidasikan BUMN ini," ucapnya.
"Bagaimana kita me-leverage mereka supaya tumbuh dan berkembang dengan sangat sehat. Ini merupakan modal dari perjalanan bangsa kita di depan untuk mencapai Indonesia Emas," pungkasnya.
(ldy/pta)