AS Tuding Perusahaan China Kuasai 75 Persen Nikel RI, Ungkap Bahayanya

CNN Indonesia
Kamis, 06 Feb 2025 12:14 WIB
Sebuah lembaga di Amerika Serikat (AS) menuding perusahaan-perusahaan China menguasai 75 persen kapasitas pemurnian nikel Indonesia.
Sebuah lembaga di Amerika Serikat (AS) menuding perusahaan-perusahaan China menguasai 75 persen kapasitas pemurnian nikel Indonesia. Ilustrasi pemurnian nikel. (ANTARA FOTO/JOJON).
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebuah lembaga di Amerika Serikat (AS) menuding perusahaan-perusahaan China menguasai 75 persen kapasitas pemurnian nikel Indonesia.

C4ADS selaku organisasi nirlaba yang kantor pusatnya berada di Washington merilis temuan itu dalam sebuah laporan. Cengkeraman kuat China itu mereka lihat bisa meningkatkan kekhawatiran atas pengendalian rantai pasok nikel, begitu pula dengan risiko lingkungan yang muncul.

Laporan lembaga tersebut mencatat kapasitas pemurnian nikel Indonesia mencapai 8 juta metrik ton. Kemudian, ruang sebanyak itu didistribusikan kepada 33 perusahaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akan tetapi, penelusuran C4ADS mencatat kepemilikan perusahaan dalam industri nikel Indonesia tumpang tindih. Mereka menyimpulkan pada akhirnya perusahaan Tiongkok mengendalikan sekitar tiga perempatnya pada 2023.

"Indonesia berniat menggunakan industri nikel untuk (meningkatkan) pertumbuhan ekonomi. Pengaruh asing (perusahaan China) yang besar ini dapat membatasi kemampuan (Indonesia) mengendalikan dan membentuk industri tersebut demi keuntungannya," tulis C4ADS, dikutip dari Reuters, Kamis (6/2).

C4ADS menunjuk langsung dua perusahaan China, yakni Tsingshan Holding Group dan Jiangsu Delong Nickel Industry Co Ltd. Keduanya mereka tuduh menguasai lebih dari 70 persen kapasitas pemurnian nikel Indonesia pada 2023.

Kedua perusahaan China itu tercatat sebagai bagian dari investor awal saat Indonesia mulai getol mendorong pengolahan bijih nikel di dalam negeri.

Laporan ini juga menggambarkan bagaimana kekhawatiran pemain-pemain AS. Kendali China yang kuat pada nikel membuat produsen mobil listrik AS dan Eropa menjadi kurang menguntungkan.

Posisi Barat kini tertekan dalam persaingan di pasar kendaraan listrik global. Di lain sisi, kebijakan perdagangan dengan China semakin ketat, terutama di bawah kepemimpinan Presiden AS Donald Trump.

[Gambas:Video CNN]



(skt/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER