Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut Dana Moneter Internasional (IMF) membuat sakit perekonomian Indonesia. Tak hanya perekonomian, campur tangan IMF juga ikut melemahkan Pertamina.
Bahlil berkata IMF datang saat Indonesia mengalami krisis di akhir 90-an. IMF, kata dia, datang dengan klaim bisa menyembuhkan penyakit ekonomi Indonesia.
"Pascareformasi, masuk IMF sebagai dokter, konon cerita yang ahli untuk bisa mendiagnosa dan menyembuhkan penyakit ekonomi Indonesia," kata Bahlil pada Indonesia Economic Summit di Jakarta, Rabu (19/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi apa yang terjadi? Rekomendasinya bukan menambah sembuh, banyak membuat penyakit, banyak sekali," ucapnya.
Salah satu "penyakit" yang disebabkan IMF menurut Bahlil adalah kemampuan Indonesia memproduksi minyak. Dia menyebut Indonesia bisa melakukan lifting minyak hingga 1,2 juta barel per hari pada 1997.
Saat itu, konsumsi minyak Indonesia hanya 500-600 ribu barel per hari. Sekitar 41,5 persen pendapatan Indonesia bersumber dari migas.
Bahlil menyebut IMF campur tangan dengan mengubah undang-undang tentang migas. Dengan perubahan itu, Pertamina perlahan-lahan melemah.
"Dulunya Pertamina kuat sampai kemudian Petronas saja pernah belajar sama Pertamina. Ketika terjadi perubahan UU Migas, hulunya tak lagi di Pertamina. Kemudian terjadi dinamika. Apa yang terjadi? sekarang lifting kita turun terus sekarang hanya 600 ribu barel per day, konsumsi kita sekarang 1,5 juta-1,6 juta ribu barel per day. Jadi, posisi kita yang ekspor tahun 1997 sekarang terbalik," ucapnya.