Menyandang status negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia, Indonesia sering disebut sebagai pasar terbesar ekonomi syariah. Hal itu juga didukung sejumlah riset tentang potensi ekonomi syariah di Indonesia.
Lembaga riset asal Amerika Serikat (AS), DinarStandard, membuat riset rutin mengenai potensi ekonomi syariah di berbagai negara. Dalam laporan terbaru mereka yang rilis tahun lalu, Indonesia berada di jajaran teratas negara potensial ekonomi syariah.
Indonesia berada di peringkat ketiga negara terbaik dalam pengembangan ekonomi syariah pada Indikator Ekonomi Islam Global (GIEI) yang diterbitkan DinarStandard tahun 2024. Indonesia hanya kalah dari Malaysia dan Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Malaysia, Saudi Arabia, dan Indonesia memimpin indeks dari 81 negara dengan ekosistem ekonomi Islam terkuat," dikutip dari Laporan Keadaan Ekonomi Islam Global Tahun 2023/2024 yang diterbitkan DinarStandard.
Pada urusan investasi ekonomi syariah, Indonesia menjadi juara. Riset itu mencatat nilai investasi ekonomi syariah di Indonesia tumbuh 128 persen ke US$25,9 miliar atau setara Rp394,7 triliun (asumsi kurs Rp15.241 per dolar AS) pada 2022-2023.
Ada lima negara dengan investasi ekonomi syariah terbesar setara 64 persen dari total nilai tersebut. Indonesia berada di urutan pertama kategori ini dengan 48 transaksi investasi ekonomi syariah.
"Indonesia dan UEA masing-masing mempertahankan posisi satu dan dua dalam jumlah investasi terkait ekonomi Islam, dengan Turki dan Malaysia berbagi posisi ke-3, Malaysia turun ke posisi ke-4, dan Mesir di posisi ke-5," tulis DinarStandard dalam laporan itu.
DinarStandard menyebut Indonesia punya potensi dalam produk investasi syariah hijau. Selain itu, Indonesia juga menjadi pasar terbesar dunia dalam perdagangan kosmetik halal.
Laporan tersebut juga memprediksi impor produk halal di kalangan negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) meningkat 7,6 persen hingga 2027. Potensi nilai impor itu mencapai US$492 miliar atau setara Rp8.109 triliun (asumsi kurs Rp16.483 per dolar AS).
Indonesia juga masuk daftar lima negara teratas dengan potensi impor produk ekonomi syariah terbesar. Nilai impor Indonesia diprediksi tembus US$30,3 miliar atau hampir Rp500 triliun.
Potensi ekonomi syariah ini juga menjadi perhatian pemerintah. Staf Ahli Menteri Keuangan bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kemenkeu Arief Wibisono mengkaji beberapa faktor pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah (eksyar) di Indonesia.
Dia mengatakan pertumbuhan eksyar didorong oleh kinerja sektor unggulan Halal Value Chain (HVC), yang tumbuh sebesar 3,93 persen (year on year/yoy). Arief mengatakan HVC menopang hampir 23 persen dari ekonomi nasional.
"Yang dikontribusikan oleh sektor pertanian dan makanan minuman halal, pariwisata ramah muslim (PRM), serta fesyen muslim," kata Arief dilansir situs Indonesia.go.id, 8 Maret 2024.
Arief menyebut pertumbuhan eksyar menghadapi beberapa tantangan, di antaranya keterbatasan produksi dan ketersediaan produk halal.
"Tantangan itu merupakan pekerjaan rumah tersendiri dari Bank Indonesia dan pemerintah untuk mewujudkan mimpi Indonesia menjadi pusat ekonomi syariat di dunia," ujarnya.
(dhf/pta)