Jelajah UMKM dan Pondok Pesantren 2025 Bank Indonesia Jawa Timur memulai perjalanan menelusuri Kabupaten Probolinggo yang terletak di area "Tapal Kuda", dan mengulik salah satu komoditi andalan daerah, yaitu bawang merah.
Selain dikenal berkat buah anggur dan mangga, Kabupaten Probolinggo juga dikenal sebagai penghasil bawang merah. Budidaya bawang merah telah menjadi salah satu komoditi utama, dengan bibit endemik unggulan yang diberi nama Biru Lancor.
Salah satu UMKM yang menggarap komoditi ini adalah Kelompok Tani alias Poktan Harapan Jaya 1 di Desa Watuwungkuk, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo. UMKM yang lahir pada tahun 1980 ini adalah binaan Bank Indonesia Malang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di setiap musim tanam, Poktan Harapan Jaya 1 yang kini diketuai Dafid Prasasti menyediakan puluhan ton bibit bawang merah Biru Lancor untuk dijual kepada para anggotanya dan masyarakat Probolinggo, baik di kabupaten maupun kota. Dafid menyampaikan, bibit Biru Lancor mendominasi di Kalimantan.
"Bibit kami ini tidak hanya untuk anggota kami dan masyarakat Probolinggo saja, tapi kami kirim bibit Biru Lancor ini hingga ke luar Jawa. Yang banyak memesan bibit kami antara lain dari Kalimantan hingga Papua. Tapi memang yang mendominasi adalah Kalimantan," ujar Dafid Prasasti.
Adapun ciri khas Biru Lancor adalah warna kehitaman pada bibit bawang merah, menandakan bahwa para petani rajin membakar daun bawang kering untuk mengasapi bibit sepanjang malam. Hal yang rutin dilakukan itu membuat bibit kehitaman Biru Lancor jadi keras dan lebih tahan penyakit.
Di tempat, tim Jelajah UMKM dan Pondok Pesantren 2025 Bank Indonesia Jawa Timur bertemu dengan Syahrul, petani bawang merah dari desa sebelah yang hendak membeli 1 ton bibit Biru Lancor.
Menurut Syahrul, dirinya memilih membeli bibit dari Poktan Harapan Jaya 1 karena sudah tersertifikasi sejak tahun 2015 dari Balai Pengawasan dan Serifikasi Benih (BPSB) Jawa Timur.
"Bibitnya bagus-bagus, pertumbuhannya bagus dan bawangnya keras, jadi lebih tahan hama. Dan yang terpenting bibit ini sudah tersertifikasi. Jadi kami sebagai pembeli lebih merasa aman," kata Syahrul.
Dari bibit bermutu tinggi ini, para petani bawang merah Kabupaten Probolinggo memulai perjalanan 60 hari merawat tanaman hingga saat panen nanti. Dengan bibit yang sudah merambah ke luar Jawa, cita-cita Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara perlahan menjadi kenyataan.
Hal ini sejalan dengan data Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian (DKUPP) Kabupaten Probolinggo yang mencatatkan bahwa tak kurang dari 120 ton bawang merah diperjualbelikan dengan nilai transaksi mencapai Rp2 miliar per hari di Pasar Bawang Dringu.
Upaya menjaga budidaya bawang merah yang dilakukan dengan baik, artinya turut menjaga ketersediaan pangan sekaligus menjaga angka inflasi di Probolinggo dan Jawa Timur.
(rea/rir)