Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia masih surplus sebesar US$4,30 miliar pada Mei 2025.
Surplus kali ini ditopang oleh komoditas nonmigas yang surplus US$5,83 miliar. Beberapa komoditas penyumbang surplus terbesar adalah lemak dan minyak hewani atau nabati (HS15), bahan bakar mineral (HS27), serta besi dan baja (HS72).
"Neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini melalui jumpa pers daring, Selasa (2/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BPS mengungkap Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina menjadi negara-negara penyumbang surplus neraca perdagangan terbesar pada Januari - Mei 2025. Indonesia surplus US$15 miliar dalam neraca perdagangan dengan ketiga negara tersebut.
Lihat Juga : |
Sementara itu, tiga negara yang menjadi sumber defisit neraca perdagangan Indonesia adalah China, Singapura, dan Australia. Indonesia defisit US$12 miliar dalam perdagangan dengan ketiga negara tersebut.
Indonesia mencatat nilai ekspor US$111,98 miliar sepanjang Januari-Mei 2025. Nilai itu naik 6,98 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Nilai ekspor migas US$5,92 miliar, turun 11,26 persen dibandingkan periode yang sama di 2024. Adapun ekspor nonmigas naik ke US$106,06 miliar atau 8,22 persen.
Sementara, nilai impor Indonesia pada Januari-Mei2025 US$96,60 miliar atau naik 5,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Nilai impor migas senilai US$13,64 miliar atau turun 7,44 persen. Sedangkan nilai impor non migas tercatat senilai US$82,96 miliar atau naik 7,92 persen," kata Pudji.
(fby/pta)