Wamenperin Risau Tarif Trump Pukul Industri Baja-Aluminium RI

CNN Indonesia
Rabu, 02 Jul 2025 18:30 WIB
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengungkapkan kekhawatiran atas kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (AS).
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengungkapkan kekhawatiran atas kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (AS). ( CNN Indonesia/ Sakti Darma Abhiyoso).
Jakarta, CNN Indonesia --

Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengungkapkan kekhawatiran atas kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (AS).

Kekhawatiran termasuk soal kenaikan tarif impor baja dan aluminium. Ia menilai kebijakan itu dapat berdampak langsung pada industri dalam negeri Indonesia.

Faisol menyebut kebijakan Presiden AS Donald Trump menaikkan bea masuk baja dan aluminium dari 25 persen menjadi 50 persen per 4 Juni 2025 berpotensi menekan industri nasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tarif ini berlaku terhadap produk baja dalam Chapter 73 dan aluminium dalam Chapter 76 dari Harmonized Tariff Schedule of the United States (HTSUS).

"Secara proporsi ekspor produk baja Indonesia ke Amerika memang hanya 0,6 persen, sementara ekspor aluminium 0,54 persen. Ini menunjukkan produk ini bukan merupakan produk unggulan dari Indonesia ke Amerika," ujar Faisol dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (2/7).

Namun, Faisol menambahkan dampak kebijakan ini tidak bisa diabaikan begitu saja karena berpotensi menimbulkan efek trade diversion atau dumping produk dari China ke negara lain, termasuk Indonesia.

Hal ini menjadi perhatian serius mengingat Indonesia memiliki ketergantungan tinggi terhadap impor baja dan aluminium, terutama dari China.

"Impor baja Indonesia dari China sendiri mencapai 51,40 persen dengan nilai sekitar US$2,17 miliar. Begitupun dengan aluminium, impor dari China 46,10 persen atau sekitar US$1 miliar," ungkapnya.

Menurut Faisol, pemerintah perlu melakukan monitoring intensif terhadap pergerakan perdagangan produk baja dan aluminium di perbatasan untuk mengantisipasi lonjakan impor yang tidak wajar.

Ia menyebut mekanisme anti-dumping dan safeguard menjadi opsi untuk menjaga keberlangsungan industri dalam negeri.

Faisol juga menyoroti ekspor baja Indonesia lebih dominan ke Australia dengan porsi 48,20 persen. Untuk produk aluminium, China menjadi tujuan utama dengan share 32,20 persen, baru diikuti oleh AS.

Di sisi lain, Faisol menyampaikan ketegangan geopolitik global, termasuk konflik antara AS dan China, serta lonjakan harga energi akibat ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran, juga turut mengganggu stabilitas industri nasional.

"Ketika Iran mengancam menutup Selat Hormuz, itu ancaman nyata terhadap pasokan energi bahan di dalam negeri. Sekitar 20 juta barel per hari melewati selat itu. Energi ini menjadi sumber untuk produksi di sektor industri," kata dia.

Situasi ini, lanjutnya, berdampak pada sektor-sektor industri strategis seperti tekstil, elektronik rumah tangga, hingga komponen otomotif yang kini menghadapi penurunan permintaan ekspor.

Faisol menambahkan tekanan ekspor ini terjadi karena lemahnya permintaan baru dari pasar luar negeri dan ketidakpastian kebijakan dagang global.

"Hal ini tercermin dari TNI (Tingkat Nilai Industri) kita pada bulan Juni 2025 yang tercatat sebesar 46,9, di mana sektor manufaktur kita masih berada dalam fase kontraksi," jelas Faisol.

[Gambas:Video CNN]

Meski nilai investasi di bulan terakhir mencapai sekitar Rp1 triliun, Faisol menyebut dampaknya masih belum terasa karena berada dalam tahap persiapan. Stabilitas kapasitas industri dan ketenagakerjaan juga masih dalam proses penyesuaian.

Sebagai tambahan, Faisol turut menyoroti ketergantungan ekspor manufaktur nasional pada pasar AS, terutama sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) serta alas kaki.

"Data 2024 menunjukkan bahwa ekspor TPT Indonesia ke Amerika mencapai 40,6 persen dan alas kaki 34,2 persen. Sebanyak 95 persen ekspor TPT ke Amerika adalah dalam bentuk barang jadi, yang masuk kategori industri padat karya dengan serapan tenaga kerja yang sangat besar," ujar dia lebih lanjut.

(del/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER