Wamenperin Risau Stabilitas Industri RI Terdampak Perang Iran-Israel

CNN Indonesia
Rabu, 02 Jul 2025 20:16 WIB
Wamenperin Faisol Riza menyatakan ketegangan geopolitik di Timur Tengah antara Iran dan Israel berpotensi mengganggu stabilitas sektor industri nasional.
Wamenperin Faisol Riza menyatakan ketegangan geopolitik di Timur Tengah antara Iran dan Israel berpotensi mengganggu stabilitas sektor industri nasional. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja).
Jakarta, CNN Indonesia --

Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menyatakan ketegangan geopolitik di Timur Tengah antara Iran dan Israel berpotensi mengganggu pasokan energi global dan berdampak langsung pada stabilitas sektor industri nasional.

Salah satu skenario yang dikhawatirkan adalah penutupan Selat Hormuz, jalur pelayaran utama yang menjadi lintasan sekitar 20 persen pasokan minyak mentah dunia, termasuk gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dan produk petrokimia.

"Jika ketegangan ini secara eskalatif terus terjadi maka kemungkinan akan terjadi penutupan selat ini dan tentu akan mengakibatkan dampak yang besar sekali buat industri di dalam negeri," ujar Faisol dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (2/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, Selat Hormuz memiliki peran vital sebagai penghubung jalur perdagangan energi dunia.

Jika jalur tersebut ditutup, suplai energi global bisa terganggu. Menurutnya. Indonesia pun sebagai negara pengimpor energi akan ikut terdampak, terutama di sektor industri yang sangat bergantung pada pasokan energi dan bahan bakar.

Selain risiko terhadap pasokan energi, Faisol juga menyoroti dampak lanjutan dari ketegangan geopolitik terhadap arus investasi asing ke Indonesia.

Ia menyebut situasi global yang tidak menentu turut mendorong kemungkinan terjadinya capital outflow, terutama sebagai respon terhadap kebijakan moneter negara-negara maju yang semakin ketat.

"Geopolitik global juga menunjukkan ketidakpastian terhadap arus investasi asing yang masuk ke Indonesia," ujar Faisol.

"Pada situasi seperti ini, investor cenderung bersikap hati-hati dan memunculkan tekanan terhadap stabilitas ekonomi dan industri dalam negeri," imbuhnya lebih lanjut.

Meski demikian, ia tetap melihat peluang jangka panjang. Menurutnya, Indonesia masih memiliki daya tarik investasi yang besar karena potensi sumber daya alam yang tinggi dan dukungan sumber daya manusia yang melimpah.

Pernyataan Faisol disampaikan di tengah berkembangnya ancaman nyata dari Iran untuk menutup Selat Hormuz. Dewan Tertinggi Keamanan Nasional Iran dilaporkan tengah bersiap menutup jalur tersebut setelah AS melakukan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni 2025.

Rencana itu mendapat dukungan dari parlemen Iran, meski keputusan final masih berada di tangan otoritas tertinggi keamanan nasional negara tersebut.

"Parlemen telah menyimpulkan bahwa kita harus menutup Selat Hormuz, tapi keputusan akhir merupakan tanggung jawab Dewan Tertinggi Nasional Iran," kata anggota parlemen Iran Esmail Kowsari, yang juga menjabat sebagai komandan Garda Revolusi Iran (IRGC), kepada media lokal.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menolak menjawab secara tegas ketika ditanya soal realisasi penutupan selat, namun menyatakan bahwa "berbagai opsi masih tersedia bagi Iran."

Selat Hormuz merupakan jalur strategis yang menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab dan Samudra Hindia, serta menjadi rute utama ekspor minyak dari negara-negara produsen utama seperti Iran, Arab Saudi, UEA, Qatar, dan Kuwait.

Selat ini hanya selebar 33 kilometer di titik tersempitnya, dengan jalur pelayaran dua arah masing-masing hanya sekitar 3 kilometer, sehingga sangat rentan terhadap gangguan geopolitik.

[Gambas:Video CNN]



(del/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER