EDUKASI KEUANGAN

Tips Kelola Tabungan Rp100 Juta Pertama Biar Tak Sekadar Numpang Lewat

Dela Naufalia Fitriyani | CNN Indonesia
Sabtu, 05 Jul 2025 09:00 WIB
Punya tabungan Rp100 juta untuk pertama kalinya adalah capaian finansial signifika, langkah selanjutnya penting agar uang itu tak cuma 'mampir sebentar'.
Punya tabungan Rp100 juta untuk pertama kalinya adalah capaian finansial signifika, langkah selanjutnya penting agar uang itu tak cuma 'mampir sebentar'. (Foto: REUTERS/WILLY KURNIAWAN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Bagi banyak orang, memiliki tabungan Rp100 juta untuk pertama kalinya menjadi pencapaian finansial yang signifikan. Tetapi hati-hati, uang itu bisa jadi cuma mampir sesaat jika tak dikelola secara bijak

Keputusan selanjutnya perlu disesuaikan dengan tujuan dan kondisi pribadi masing-masing, apakah akan diinvestasikan, digunakan membuka usaha, atau disimpan sebagai cadangan, 

Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho mengatakan langkah awal yang perlu dilakukan adalah menentukan tujuan keuangan, serta jangka waktu untuk mencapainya. Perbedaan tujuan dan jangka waktu akan memengaruhi langkah yang dipilih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tetapkan tujuan keuangan yang akan kita capai terlebih dahulu, termasuk juga jangka waktu yang dimiliki untuk mencapai tujuan keuangan tersebut. Karena berbeda tujuan keuangan dan jangka waktu yang dimiliki akan membuat perbedaan action yang bisa dipilih," ujar Andi kepada CNNIndonesia.com, Jumat (4/7).

"Contoh, bagi yang tujuan keuangannya adalah menikah 3 tahun lagi, akan dapat berbeda pilihan action-nya dengan yang bertujuan untuk menyiapkan dana pensiun 20 tahun lagi," jelasnya lebih lanjut.

Terkait alokasi investasi, Andi menilai keputusan tersebut juga harus memperhatikan profil risiko individu. Secara umum boleh saja menginvestasikan seluruh dana, namun pendekatan konservatif tetap diperlukan.

"Tergantung pada tujuan keuangan dan jangka waktu yang dimiliki, namun ditambahkan lagi dengan profil kemampuan menerima risikonya. Karena sebenarnya bisa dan sah-sah saja apabila hendak diinvestasikan seluruh dananya tersebut. Namun secara general, investasikan max 75 persen dari tabungan, dan sisanya tetap stay di tabungan atau sebagai dana darurat," ujarnya.

Bagi investor pemula, Andi menyarankan agar memulai dari instrumen yang aman dan mudah diakses, misalnya masuk ke Surat Berharga Negara (SBN) seperti Obligasi Negara Ritel (ORI) maupun sukuk ritel.

"Alasannya karena imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan deposito, namun secara keamanan cukup terjamin karena dijamin oleh negara," ucap dia.

"Bila kesulitan untuk mendapatkan produk tersebut, bisa pilih produk yang lebih sederhana lagi dan lebih gampang didapat seperti deposito. Pilihan lainnya adalah di logam mulia seperti emas batangan," ujar Andi.

Jika dana digunakan untuk membuka usaha, sebaiknya jangan mengalokasikan seluruh tabungan sebagai modal.

"Awalnya sekitar 30 persen dari tabungan dulu. Baru bila mulai memberikan hasil, ditambahkan lagi modalnya hingga mencapai 70 persen dari tabungan," jelasnya.

Andi berasumsi orang yang berhasil mengumpulkan tabungan Rp100 juta kemungkinan besar memiliki penghasilan aktif yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian, dana Rp100 juta itu bukan untuk membiayai kebutuhan rutin, melainkan merupakan dana menganggur yang bisa difungsikan sebagai sumber pendapatan pasif.

Namun, jika seseorang memang bergantung pada dana tersebut untuk kebutuhan harian, Andi menyarankan agar tetap ada alokasi untuk dana pasif dan dana darurat.

"Maka sebaiknya dialokasikan sebesar 25 persen-50 persen dari uang tabungan tersebut untuk mendapatkan income pasif. Sementara untuk dana daruratnya sendiri idealnya sebesar 10 persen dari tabungan," ujarnya.

Sementara itu, perencana keuangan OneShildt Budi Rahardjo menyampaikan strategi pengelolaan Rp100 juta pertama harus disesuaikan dengan siklus kehidupan dan kondisi finansial individu. Untuk yang masih muda, belum memiliki tanggungan, dan tak ada dana darurat, sebagian anggaran bisa langsung dialokasikan untuk kebutuhan dasar tersebut.

"Paling tidak dari Rp100 juta pertama ini dapat disisihkan sebagian untuk memenuhi kebutuhan dana darurat sekitar tiga bulan pengeluaran. Dana ini dapat dialokasikan ke instrumen yang likuid dan stabil karena memang tujuannya bukan untuk mencari pertumbuhan dana," kata Budi.

Untuk yang sudah berkeluarga, ia menyarankan agar dana darurat lebih besar, yaitu sekitar enam hingga 12 bulan pengeluaran, tergantung tingkat kenyamanan masing-masing. Sisa dana kemudian dapat ditempatkan di instrumen investasi, baik aset finansial maupun usaha.

"Kemudian sisanya dapat diinvestasikan sesuai dengan profil dan minat seseorang dalam berinvestasi apakah konservatif, moderat, atau agresif untuk kebutuhan masa depan. Instrumen yang dapat menjadi pilihan bisa investasi di aset finansial seperti obligasi, saham dan reksadana atau investasi riil seperti memulai usaha," jelasnya.

Ia juga menyarankan agar sebagian dana dimanfaatkan untuk pengembangan diri, karena hal ini bisa membuka peluang penghasilan baru.

"Sebagian dana juga dapat disisihkan untuk meningkatkan skills yang menunjang penciptaan penghasilan atau membuka peluang baru. Mengingat investasi terbaik adalah investasi pada diri sendiri. Untuk kebutuhan ini dapat disisihkan sekitar 10 persen-15 persen dan dimanfaatkan sebaik-baiknya," ujarnya.

Terkait usaha, Budi menganjurkan pendekatan bertahap, seraya menghitung potensi keuntungan dan risiko dari setiap rupiah yang dikeluarkan.

Jika dana Rp100 juta akan digunakan untuk membuka usaha, pendekatannya tak jauh berbeda dengan alokasi untuk pengembangan diri. Menurut Budi, sebagian dana bisa dijadikan sebagai modal awal, namun penempatannya sebaiknya dilakukan secara bertahap, bukan sekaligus.

Porsi awal bisa dimulai dari maksimal 10 persen dari total dana, kemudian dievaluasi perkembangannya sebelum menambah alokasi lebih lanjut.

"Pastikan bahwa dari investasi yang dilakukan kemudian dapat memberikan hasil usaha sehingga investasi menjadi terukur, karena dalam setiap usaha ada risiko. Penting untuk membatasi tingkat kerugian dan menghitung berapa tingkat keuntungan dari setiap rupiah dana yang dimasukkan dalam bisnis sebagai bahan evaluasi," jelasnya lebih lanjut.

[Gambas:Video CNN]

(pta/bac)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER