Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mencatat penduduk Indonesia bertambah banyak di 2025, yakni tembus 286 juta orang.
"Jumlah penduduk Indonesia per semester I 2025 atau akhir Juni 2025 adalah 286.693.693 jiwa," ujar Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kemendagri Teguh Setyabudi dalam Peluncuran Desain Besar Pembangunan Kependudukan 2025-2045 di Kantor Bappenas, Jakarta Pusat, Jumat (11/7).
Teguh mengatakan jumlahnya naik sekitar 1,7 juta jiwa dibandingkan data penduduk pada akhir Desember 2024 lalu. Ia menyebut ada sejumlah data menarik dari jumlah penduduk terbaru yang akan segera dirilis Kemendagri itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya saja, ternyata jumlah penduduk laki-laki pada semester I 2025 ini jauh lebih banyak. Sekitar 2,6 juta dibandingkan dengan perempuan," ungkapnya.
Anak buah Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian itu kemudian menekankan pentingnya digitalisasi data kependudukan sebagai upaya modernisasi. Ia menegaskan data-data tersebut berguna untuk pembangunan di tingkat nasional dan daerah.
Menurutnya, data penduduk Indonesia selama ini sudah dimanfaatkan sejumlah pihak sebagai dasar perencanaan program. Teguh mencatat ada 7.094 lembaga yang mengakses data dari Kemendagri tersebut.
"Insyaallah kami juga akan berkontribusi secara nyata dalam rangka program digital public infrastructure untuk mendukung Perlinsos (Perlindungan Sosial), KPM-PKH (Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan) yang insyaallah akan di-launching pada Agustus 2025 ini," tandasnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno berpesan agar bonus demografi itu bisa diubah menjadi dividen pembangunan. Ia merinci 3 aspek utama yang bakal diperhatikan pemerintah.
Pertama, kesejahteraan ekonomi yang berarti pemerintah harus menyiapkan angkatan kerja terampil dan produktif serta menjaga pertumbuhan ekonomi. Kedua, kesejahteraan sosial yang mencakup kualitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan keluarga.
Ketiga adalah keberlanjutan lingkungan. Pratikno mengatakan aspek ini termasuk persebaran penduduk serta masalah lingkungan hidup dan ekosistem alam.
"Salah satu tantangan kita ini kan juga urbanisasi. Dunia sudah mengalami pengkotaan luar biasa. Kita ini sudah urban mendekati 50 persen dan diperkirakan Indonesia 2050 bisa mencapai 70 persen adalah urban. Memang urban menjadi salah satu motor pertumbuhan gross domestic product (GDP), tapi urban juga punya segudang masalah," jelasnya.
"Isu mulai dari perumahan; akses air bersih; layanan kesehatan; keamanan; kriminalitas; polusi air, udara, tanah; dan lain-lain. Itu masalah yang luar biasa sebagai implikasi urbanisasi. Artinya, kita juga harus memikirkan bagaimana sebaran penduduk ... Kita sama-sama jaga jumlah penduduk karena pada akhirnya kan nanti ada aging society juga. Tantangan yang harus kita hadapi, bagaimana struktur demografi seimbang," tambah Pratikno.
Ia kemudian menyinggung terkait pengentasan stunting, di mana diklaim sudah turun di bawah 20 persen.
Kendati demikian, Pratikno mengatakan Presiden Prabowo Subianto menargetkan prevalensi stunting di Indonesia bisa ditekan ke 14 persen pada 2029.
(skt/sfr)