Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kemiskinan di Indonesia per Maret 2025 masih didominasi wilayah pedesaan.
Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono menyebut persentase jumlah orang miskin dibanding populasi di pedesaan lebih tinggi dari perkotaan. Hal ini menunjukkan masih lebarnya ketimpangan antara kemiskinan di wilayah perkotaan dan pedesaan.
"Kalau kita lihat di grafiknya ada disparitas atau ketimpangan kemiskinan antara perkotaan dan pedesaan. Pada Maret 2025 tingkat kemiskinan perkotaan sebesar 6,73 persen. Sedangkan kemiskinan pedesaan sebesar 11,03 persen," kata Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (25/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila dibandingkan dengan data September 2024, persentase kemiskinan di desa mengalami penurunan sebesar 0,31 persen. Sebaliknya, di wilayah perkotaan justru terjadi kenaikan sebesar 0,07 persen.
Artinya, meskipun secara nasional tren kemiskinan menurun, namun terjadi dinamika yang berbeda antara kota dan desa.
"Penduduk miskin di kota meningkat sekitar 0,07 persen poin. Maret 2025 dibandingkan dengan September 2024 yang lalu," ujar Ateng.
Dari sisi sebaran wilayah, Pulau Jawa tercatat sebagai wilayah dengan jumlah penduduk miskin terbanyak. Ada 12,56 juta orang miskin di Jawa. Jumlah itu setara 52,66 persen dari total penduduk miskin nasional.
Sementara itu, Kalimantan menjadi wilayah dengan jumlah penduduk miskin paling sedikit. Pulau ini ditinggali sekitar 890 ribu orang miskin atau hanya 3,75 persen dari total nasional.
Hampir seluruh pulau di Indonesia mengalami penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin pada Maret 2025 dibandingkan dengan September 2024. Penurunan paling besar tercatat di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, yaitu 0,22 persen poin.
Hanya wilayah Maluku dan Papua yang mengalami peningkatan, baik dari sisi jumlah maupun persentase penduduk miskin. Di wilayah ini, persentase kemiskinan naik 0,28 persen poin, dari 18,62 persen menjadi 18,90 persen.
(del/dhf)