Super Roti, UMKM Asal Semarang yang Sukses Tembus Pasar Ekspor

Bank Indonesia | CNN Indonesia
Rabu, 30 Jul 2025 12:34 WIB
Ismiyati, pendiri Super Roti, mengubah tantangan menjadi peluang, Dari dapur rumah ke pasar ekspor, ia dukung UMKM lain dan raih omzet Rp1,5 miliar.
CEO sekaligus pendiri Super Roti, Ismiyati (Foto: CNN Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia --

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kerap lahir dari keterbatasan. Hal inilah yang dialami Ismiyati, CEO sekaligus pendiri Super Roti, sebuah brand roti lokal berbasis bekatul asal Semarang yang kini berhasil menembus pasar ekspor.

Perjalanan Super Roti dimulai pada 2011, saat sang suami kehilangan pekerjaan akibat pemutusan hubungan kerja (PHK). Dengan hanya bermodal keahlian memasak, Ismiyati memutuskan untuk memulai usaha kecil-kecilan dari dapur rumahnya di kawasan Sendangmulyo, Semarang, Jawa Tengah.

"Waktu itu saya masih kerja, suami saya kena PHK. Karena saya bisa bikin makanan, ya sudah bisnisnya di makanan saja," tutur Ismiyati di Semarang, Kamis (4/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yang menarik, sejak awal Super Roti tidak hanya menjadi solusi ekonomi bagi keluarga Ismiyati, tetapi juga bagi rekan-rekan suaminya yang terdampak PHK. Ia mengajak mereka bergabung dalam proses produksi. Momen pasca-Lebaran dimanfaatkan untuk masuk ke pasar, saat pasokan roti di pasaran menipis.

"Toko-toko pada libur, roti kosong. Langsung Super Roti masuk dan alhamdulillah laku," kenangnya.

Pada 2015, tantangan datang ketika produk Super Roti ditolak sejumlah swalayan besar. Namun momentum Indonesian Womenpreneur Competition (IWPC ) 5 yang digelar di Semarang menjadi titik balik.

Program tersebut mendorong peserta menghadirkan produk berbeda yang memiliki nilai tambah.

Ismiyati pun menghadirkan inovasi roti berbasis bekatul. Bekatul merupakan lapisan ari beras yang kaya akan serat, vitamin B kompleks, dan mineral.

Inovasi ini tak hanya menjawab tantangan, tapi juga mengantarkan Super Roti menjadi juara pertama IWPC 5. Kini, produk roti bekatulnya telah diterima oleh berbagai jaringan ritel ternama seperti, Carrefour, Transmart, dan pusat oleh-oleh.

Kemudian, pada 2019 menjadi titik penting lainnya dalam perjalanan Super Roti. Atas rekomendasi Dinas Koperasi Kota Semarang, Ismiyati terpilih sebagai UMKM binaan Bank Indonesia (BI).

Melalui program pendampingan intensif, ia mengikuti pelatihan digital marketing, pameran, hingga business matching.

"Waktu pandemi, omzet sempat turun drastis. Tapi saya tidak kurangi karyawan. Untungnya ada program onboarding digital dari BI. Kita diajarin foto produk, bikin marketplace, sampai narasi kemasan," ujarnya.

Dengan dukungan BI, Super Roti berhasil menembus pasar Singapura. Kini Super Roti tengah menjajaki sejumlah negara lain seperti Belgia dan Jordania.

Selain itu, Ismiyati juga aktif membina lebih dari 40 UMKM di berbagai wilayah seperti Pekalongan, Kudus, Temanggung, hingga Karangawen. Ia membangun sistem pemasaran kolektif dan berbagi pesanan dalam skala besar dengan para mitra binaannya.

Kini, dengan 18 karyawan tetap dan beberapa siswa magang, Super Roti mencatatkan omzet tahunan sebesar Rp1,5 miliar. Namun, tantangan tetap ada. Lokasi pabrik yang berada di perkampungan dan terbatasnya alat produksi masih menjadi kendala.

Meski demikian, semangatnya tak surut. Super Roti kini tengah mengikuti program Business Matching Export BI yang akan digelar Agustus 2025, dengan harapan produknya semakin diterima pasar internasional.

Peran BI Dorong UMKM Ekspor

BNR BIKepala KPw BI Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra. (Foto: CNN Indoesia)

Kisah sukses Super Roti tak lepas dari peran aktif Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Jawa Tengah dalam mendorongUMKM naik kelas.

Kepala KPw BI Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, menyebut pihaknya menjalankan strategi pembinaan UMKM secara bertahap dalam empat level. Yakni potensial, sukses, digital, dan ekspor.

"Target UMKM ada empat level. Yang potensial kami bantu menjadi sukses, setelah sukses kami bantu jadi digital, lalu ekspor secara digital," ujarnya.

Pembinaan ini mencakup pendampingan produksi, strategi pemasaran, digitalisasi, serta pembukaan akses pembiayaan.

Salah satu terobosan BI adalah menghadirkan aplikasi Sistem Aplikasi Pembukuan Usaha Mikro Kecil (SIAPIK), yang membantu pelaku usaha mencatat keuangan secara sederhana namun rapi.

BI juga rutin menggelar pameran seperti UMKM Gayeng di Jawa Tengah dan Karya Kreatif Indonesia (KKI) di tingkat nasional untuk membantu memperluas pasar UMKM binaan.

Menurut Rahmat, tantangan utama UMKM adalah keterbatasan pengetahuan. Banyak pelaku UMKM yang masuk ke sektor informal karena tidak tertampung di sektor formal, dengan bekal keterampilan seadanya.

"Tugas kami bersama Pemprov dan pemda adalah mendampingi UMKM potensial supaya kapasitasnya meningkat dan bisa bersaing, bahkan dengan produk impor," jelasnya.

Rahmat juga mengungkapkan bahwa saat ini ada 92 UMKM binaan BI Jawa Tengah yang menjalani pilot project berbagai program pengembangan.

Beberapa telah berhasil menembus pasar global, seperti Naruna Keramik (home decor), Roro Kenes (tas fashion), serta Super Roti yang kini dikenal dengan produk roti sehat berbasis bekatul.

BI berharap keberhasilan UMKM seperti Super Roti bisa menginspirasi pelaku usaha lainnya. Dengan inovasi, kerja sama, dan pendampingan yang tepat, produk lokal Indonesia bisa bersaing dan berjaya di pasar internasional.

(inh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER