Harga Minyak Menanjak Usai Trump Sanksi Negara Mitra Dagang Rusia
Harga minyak mentah dunia kembali naik pada hari ini Kamis (31/7) di tengah kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan imbas ancaman sanksi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke negara-negara yang membeli minyak Rusia.
Trump mengultimatum bakal memberikan pukulan tarif terhadap negara-negara yang masih mengimpor minyak dari Rusia.
Mengutip Reuters, harga minyak Brent untuk pengiriman September naik 27 sen atau 0,4 persen menjadi US$73,51 per barel. Senada, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak September naik 37 sen atau 0,5 persen menjadi US$70,37 per barel.
Kedua acuan harga minyak tersebut ditutup naik 1 persen pada Rabu (30/7). Kontrak Brent yang lebih aktif untuk Oktober juga tercatat naik 29 sen atau 0,4 persen menjadi US$72,76 per barel.
Lihat Juga : |
"Pasar terdorong oleh kekhawatiran bahwa sanksi sekunder terhadap negara-negara pengimpor minyak Rusia akan memperketat pasokan," ujar Toshitaka Tazawa, analis Fujitomi Securities.
Pada Selasa, Trump mengancam akan menjatuhkan tarif sekunder sebesar 100 persen kepada mitra dagang Moskow, jika tidak ada kemajuan dalam penyelesaian perang Rusia-Ukraina dalam waktu 10-12 hari.
Trump juga menyatakan AS masih bernegosiasi dengan India soal perdagangan, setelah sebelumnya mengumumkan rencana menerapkan tarif sebesar 25 persen terhadap barang-barang impor dari Negeri Bollywood itu mulai Jumat besok.
Selain itu, AS memperingatkan China sebagai pembeli terbesar minyak Rusia bahwa mereka akan menghadapi tarif tinggi jika tetap melanjutkan impor minyak dari Moskow.
Departemen Keuangan AS telah mengumumkan sanksi baru terhadap lebih dari 115 individu, entitas, dan kapal yang terkait dengan Iran. Langkah ini dinilai sebagai bagian dari kampanye 'tekanan maksimum' pemerintahan Trump, yang kembali meningkat usai serangan udara terhadap situs nuklir Iran pada Juni lalu
Di sisi lain, data mingguan dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan stok minyak mentah AS naik sebesar 7,7 juta barel menjadi 426,7 juta barel per 25 Juli, akibat turunnya ekspor. Kenaikan ini jauh melebihi ekspektasi analis yang memperkirakan penurunan 1,3 juta barel.
Namun, persediaan bensin turun sebanyak 2,7 juta barel menjadi 228,4 juta barel, lebih besar dari perkiraan penurunan sebesar 600 ribu barel.
(ldy/pta)