Trump Pecat Pejabat Biro Statistik, Tuding Atur Data Tenaga Kerja
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memecat Komisaris Biro Statistik Tenaga Kerja (Bureau of Labor Statistics/BLS) Erika McEntarfer dan menuduhnya memanipulasi laporan ketenagakerjaan bulanan demi kepentingan politik.
Keputusan ini diambil tak lama setelah BLS merilis laporan yang menunjukkan pertambahan lapangan kerja di AS hanya sebesar 73 ribu pada Juli, jauh di bawah ekspektasi, serta revisi turun tajam untuk data dua bulan sebelumnya.
Data terbaru BLS juga mengoreksi jumlah pekerjaan yang semula dilaporkan pada Mei dan Juni dengan total pengurangan sebanyak 258 ribu pekerjaan. Akibatnya, periode tiga bulan terakhir tercatat sebagai yang terlemah sejak resesi akibat pandemi Covid-19 pada 2020.
"Menurut saya, angka pekerjaan hari ini DIATUR untuk membuat saya dan Partai Republik terlihat buruk," tulis Trump dalam platform Truth Social, seperti diberitakan CNN pada Sabtu (2/8).
Ia juga menyebut revisi data tersebut sebagai kesalahan besar dan menuduh McEntarfer memalsukan angka pekerjaan untuk meningkatkan peluang Wakil Presiden Kamala Harris dalam Pilpres 2024.
"Kita butuh orang yang bisa dipercaya. Jadi saya memecat dia, dan saya yakin itu keputusan yang tepat," ujar Trump kepada wartawan di halaman Gedung Putih.
Trump bahkan menyebut dirinya telah lama meragukan data BLS. Ia mengatakan dirinya sudah mempertimbangkan pemecatan tersebut sebelum data pekerjaan terbaru dirilis.
"Saya berpikir pagi ini, sebelum data keluar, 'Siapa sih orang yang mengerjakan angka-angka ini?'" katanya.
McEntarfer diangkat pada Januari 2024 dengan persetujuan Senat melalui suara 86-8 untuk masa jabatan empat tahun. Hingga pengganti tetap ditunjuk, Deputi Komisaris William Wiatrowski ditugaskan sebagai pelaksana tugas kepala BLS.
Langkah Trump ini memicu kekhawatiran di kalangan ekonom dan pengamat kebijakan. Jason Furman, profesor ekonomi di Harvard dan mantan penasihat ekonomi Presiden Barack Obama, menyebut pemecatan itu sebagai hal yang mengkhawatirkan dan berpotensi merusak kepercayaan terhadap data resmi.
"Negara yang memalsukan statistik sering kali berakhir dalam krisis ekonomi," ujarnya.
Kepala Ekonom Moody's Analytics Mark Zandi menyebut data BLS sebagai salah satu yang paling akurat di dunia dan menjadi dasar penting bagi kebijakan moneter, investasi, dan perencanaan bisnis.
"Apa pun yang merusak persepsi terhadap integritas data BLS adalah hal yang sangat meresahkan," katanya.
Namun, dari kubu pemerintahan, Menteri Tenaga Kerja Lori Chavez-DeRemer justru mendukung pemecatan McEntarfer. Dalam unggahan di media sosial, ia menyebut serangkaian revisi besar dalam laporan BLS akhir-akhir ini menimbulkan pertanyaan tentang keputusan yang diambil oleh pejabat yang diangkat oleh pemerintahan sebelumnya.
"Saya mendukung keputusan Presiden (Trump) untuk mengganti Komisaris BLS agar masyarakat dapat kembali percaya pada data yang sangat berpengaruh ini," tulisnya.
Sementara itu, Senator Partai Demokrat Mark Warner menyindir tindakan Trump.
"Memecat wasit tidak mengubah skor pertandingan. Rakyat berhak tahu kondisi ekonomi yang sebenarnya," katanya.
BLS selama ini dikenal sebagai lembaga nonpartisan yang menjadi acuan penting dalam pengambilan keputusan ekonomi di AS.
Setiap bulan, lembaga ini mengumpulkan data dari lebih dari 100 ribu bisnis dan lembaga pemerintah, mewakili sekitar 629 ribu lokasi kerja. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, lembaga tersebut juga menghadapi pemotongan anggaran sebagai bagian dari efisiensi pemerintah Trump.
Akibat pengurangan dana, BLS telah mengurangi cakupan survei, termasuk berhenti mengumpulkan data untuk Indeks Harga Konsumen (CPI) di tiga kota, serta meningkatkan penggunaan metode imputasi, yakni estimasi statistik ketika data langsung tidak tersedia.
Ketua Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell mengaku belum khawatir atas kualitas data saat ini, namun menyatakan waspada terhadap arah tren pengurangan ini.
(del/end)