Kementerian PU Gandeng BPS untuk Turunkan ICOR di Bawah 6
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menegaskan keseriusan menurunkan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) di bawah 6.
Hal ini disampaikan Menteri PU Dody Hanggono pada kegiatan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian PU dan Badan Pusat Statistik (BPS) guna memperkuat pemanfaatan ICOR sebagai alat ukur kinerja pembangunan.
Dody mengatakan, MoU Kementerian PU-BPS ini menjadi pijakan dalam memperkuat tata kelola pembangunan yang terukur, efektif, dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat. ICOR sebagai konsep yang diperkenalkan Profesor Soemitro Djojohadikusumo sendiri telah digunakan Indonesia untuk menilai efisiensi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi sejak lama
Menurutnya, sejak akhir 2024 Kementerian PU telah membahas penerapan ICOR secara sistematis, dan kini menetapkannya sebagai sasaran utama lima tahun ke depan melalui visi PU608.
"PU608 yakni ICOR di bawah 6, kemiskinan mendekati 0 persen, dan pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen, sejalan dengan Asta Cita sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto. Komitmen ini juga diperkuat dalam rapat kabinet dua minggu lalu, ketika Menteri Keuangan menegaskan penurunan ICOR sebagai indikator kinerja yang dipantau berkala," tutur Dody di Aula Pendopo Kementerian PU, Selasa (19/8).
Dody menambahkan, kerja sama ini merupakan upaya konkret mengukur efektivitas setiap program pembangunan. Dia berharap dengan dukungan analisis BPS, Kementerian PU dapat memastikan sektor infrastruktur memberi dampak nyata bagi pertumbuhan.
"Harapan kami, pada 2025 ekonomi bisa tumbuh di atas 5,5 persen. Kami akan mengarahkan setiap kebijakan untuk menurunkan ICOR agar pembangunan kian efisien dan berkualitas," ujarnya.
ICOR adalah rasio yang mengukur efisiensi investasi dalam suatu perekonomian. Secara sederhana, ICOR dapat memperlihatkan investasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit tambahan output untuk pertumbuhan ekonomi. Nilai ICOR yang lebih rendah menunjukkan bahwa perekonomian lebih efisien dalam menggunakan investasi untuk menghasilkan pertumbuhan.
Sebagai mitra strategis, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti memastikan dukungan terhadap pengukuran efektivitas dan efisiensi program Kementerian PU, serta memperkaya metodologi analisis ICOR agar lebih presisi.
"Sektor konstruksi sebagai sektor padat karya dengan kontribusi besar pada penciptaan lapangan kerja, sehingga penguatan ICOR penting untuk memastikan setiap rupiah belanja infrastruktur berdampak optimal pada pertumbuhan," kata Amalia.
Sebelumnya, BPS telah merilis pertumbuhan ekonomi nasional triwulan II/2025 sebesar 5,12 persen, ditopang konsumsi dan investasi-menempatkan Indonesia di posisi kedua di ASEAN setelah Vietnam, serta kedua di G20 setelah China.
(rea/rir)