Mata Uang Asia Keok, Rupiah Loyo di Rp16.368 Imbas Akrobat Trump
Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp16.368 per dolar AS pada Rabu (27/8). Mata uang Garuda turun 70 poin atau minus 0,43 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah ke posisi Rp16.355 per dolar AS pada perdagangan sore ini.
Nasib buruk menimpa hampir seluruh mata uang Asia yang sore ini ambruk berjemaah. Baht Thailand minus 0,07 persen, yuan China turun 0,11 persen, rupee India pun jatuh 0,12 persen.
Lalu, peso Filipina amblas 0,17 persen, dolar Singapura ambruk 0,25 persen, won Korea Selatan minus 0,29 persen, yen Jepang turun 0,33 persen, ringgit Malaysia terjun 0,41 persen.
Satu-satunya mata uang Asia yang menguat pada penutupan perdagangan kali ini adalah dolar Hong Kong yang tumbuh 0,10 persen.
Mata uang negara maju bahkan seluruhnya ambruk. Poundsterling Inggris turun 0,28 persen, euro Eropa minus 0,47 persen, franc Swiss jatuh 0,40 persen, dolar Kanada merosot 0,08 persen, dan dolar Australia melemah 0,38 persen.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong melihat rupiah dan mata uang regional lain gagal memberikan perlawanan kepada dolar AS. Indeks dolar terpantau naik cukup besar disertai dengan penurunan pada imbal hasil obligasi AS.
"Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran intervensi Presiden AS Donald Trump pada The Fed yang memberikan tekanan untuk memangkas suku bunga. Ekspektasi suku bunga yang lebih rendah membuat investor beralih ke obligasi AS, menguatkan dolar AS dan menekan rupiah," jelasnya kepada CNNIndonesia.com.
(skt/pta)