Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa akhirnya mengungkapkan alasan mengapa hanya menarik Rp200 triliun atau separuh dari total dana pemerintah yang mengendap di Bank Indonesia (BI), yakni Rp440 triliun.
Ia bakal menarik Rp200 triliun duit pemerintah yang parkir di BI tersebut untuk disalurkan ke enam bank umum mulai besok, termasuk ke Himbara. Uang yang disimpan di BI adalah sisa anggaran lebih (SAL) serta sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA).
Purbaya menekankan duit tersebut selama ini hanya nangkring di bank sentral. Penarikan separuh dana pemerintah sebesar Rp200 triliun untuk percobaan awal, sambil melihat dampaknya pada perekonomian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu kan percobaan pertama (suntikan dana Rp200 triliun). Kita taruh segitu dulu dan kita lihat dalam waktu seminggu, dua minggu, tiga minggu, seperti apa dampaknya ekonomi. Kalau kurang, tambah lagi," ungkap Purbaya selepas Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta Pusat, Kamis (11/9).
Ia berharap uang pemerintah yang dipindahkan ke perbankan bakal memacu peningkatan kredit. Pada akhirnya, roda ekonomi masyarakat bakal bergerak.
"Jadi, dengan cara itu hampir pasti uang akan menyebar di sistem perekonomian dan ekonomi akan tumbuh lebih cepat. Kredit pasti akan tumbuh lebih cepat dari yang sekarang," ujarnya,
Purbaya menegaskan pemerintah memang perlu menggenjot pertumbuhan uang yang beredar (M0) di masyarakat. Itu karena 90 persen perekonomian Indonesia ditopang oleh permintaan domestik.
Ia juga akan memastikan bahwa uang yang dipindahkan ke perbankan tak bakal digunakan untuk membeli surat berharga negara (SBN) hingga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Menkeu Purbaya mengklaim sudah mewanti-wanti hal tersebut kepada perbankan.
Langkah ini menjadi 'senjata' utama Purbaya dalam membalikkan kondisi perekonomian Indonesia yang lesu. Menurutnya, kesalahan kebijakan fiskal dan moneter selama ini menjadi biang kerok masyarakat susah cari kerja.
"Begitu saya masuk ke (Kementerian) Keuangan, sebelumnya sudah kita lihat, bahwa sistem finansial kita agak kering. Makanya ekonominya melambat, makanya dalam 1 tahun-2 tahun terakhir orang susah cari kerja dan lain-lain. Karena ada kesalahan kebijakan di situ, moneter dan fiskal," tuturnya usai Raker dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta Pusat, Rabu (10/9).
(skt/pta)