TAIPAN

Susilo Wonowidjojo, Raja Sigaret Asal Kediri Berharta Rp179 T

CNN Indonesia
Minggu, 14 Sep 2025 16:17 WIB
Susilo Wonowidjojo pernah jadi orang terkaya ke-4 RI dari bisnis Gudang Garam. Kini, hartanya merosot seiring berbagai guncangan menerpa perusahaan. (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia)
Jakarta, CNN Indonesia --

Gudang Garam, raksasa rokok Indonesia, tengah diterpa isu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal karyawan. Bisnis sigaret milik keluarga Wonowidjojo yang kini tengah dinakhodai Susilo Wonowidjojo itu tengah alami kesulitan?

Padahal dulu, kinerja Gudang Garam sangat kinclong. Keuntungan bisnis rokok mengantarkan Susilo Wonowidjojo dan keluarga ke rangking 4 orang terkaya Indonesia pada 2019 versi Forbes.

Saat itu, harta keluarga ini ditaksir mencapai US$6,6 miliar atau sekitar Rp108 triliun (asumsi kurs Rp16.416 per dolar AS).

Namun pada 2024, Susilo dan keluarga terlempar jauh ke posisi 23. Rankingnya turun seiring dengan merosotnya kekayaan mereka yang ditaksir sebesar US$2,9 miliar atau sekitar Rp179 triliun.

Susilo lahir pada 18 November 1956. Ia adalah anak ketiga Surya Wonowidjojo, pendiri Gudang Garam. Bisa dibilang, ia generasi kedua keluarga pendiri Gudang Garam.

Meski masuk jajaran orang terkaya RI, siapa sangka Susilo tak menamatkan bangku SMA. Ia memutuskan membantu bisnis sang ayah dengan bekerja di perusahaan.

Selama bekerja, ia mempelajari semua seluk beluk tentang rokok, mulai dari soal pengadaan, pengelolaan bahan baku, perasa, persediaan serta manajemen produksi.

Susilo dipercaya menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak 1976 hingga pada 1990 ia naik pangkat menjadi Wakil Presiden Direktur.

Pengalaman menjalankan bisnis keluarga selama lima dekade akhirnya membawanya ke pucuk pimpinan perusahaan. Saat ini, ia menjabat Presiden Direktur Gudang Garam sejak diangkat pada Juni 2009. Ia menggantikan si anak sulung, Rachman Halim.

Sementara itu, saudara perempuannya, Juni Setiawati Wonowidjojo, menjabat sebagai Presiden Komisaris Gudang Garam.

Susilo juga menjabat Presiden Komisaris PT Surya Madistrindo, anak usaha Gudang Garam yang menjadi distributor produk-produk sigaret sang induk.

Ia juga menduduki jabatan komisaris anak usaha lainnya, yakni PT Surya Dhoho Investama (SDHI) yang membangun dan mengelola Bandar Udara Dhoho di Kediri, Jawa Timur.

Selain itu, Susilo juga Presiden Direktur PT Suryaduta Investama. Ini merupakan perusahaan investasi dan perusahaan induk (holding company) yang merupakan pemegang saham pengendali PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dengan kepemilikan sebesar 69,29 persen.

Di Suryaduta Investama, Susilo mengusai 19,85 persen saham perusahaan.

Tak afdol menceritakan perjalanan hidup Susilo tanpa mengulas kisah panjang pembentukan Gudang Garam hingga sekarang. Sebab, bisnis inilah yang mengangkat nama keluarga Wonowidjojo menjadi salah satu famili paling terkemuka di Tanah Air.

Gudang Garam dibangun pada 1958 di Kediri oleh Surya Wonowidjojo. Dari kota di Jawa Timur, kiprah pabrik rokok daerah ini makin cerah hingga menjadi produsen sigaret terbesar Tanah Air, bahkan menembus pasar global.

Saat didirikan, ini cuma bisnis rumahan. Rokok yang diproduksi ketika itu adalah sigaret kretek klobot (SKL) dan sigaret kretek linting-tangan (SKT).

Rupanya kegemaran ngudud masyarakat membuat bisnis Gudang Garam moncer. Permintaan terus naik hingga pada 1960 mereka bisa membuka pabrik baru di Gurah, sekitar 13 kilometer dari pusat kota Kediri.

Setiap hari, sekitar 200 karyawan Gudang Garam pulang pergi Gurah-Kediri pakai kereta dengan menumpang gerbong kereta khusus pekerja. Biaya transportasi ditanggung duit bisnis, yang kala itu masih berstatus industri rumah tangga.

Bisnis sigaret kian berkibar. Pada 1968 Gudang Garam membuka dua unit lahan baru. Pada September tahun itu, Surya mendirikan unit produksi bernama Unit I di atas sebidang lahan seluas 1000 meter persegi. Masih di tahun yang sama dibangun pula sebuah unit produksi baru yang disebut Unit II.

Pada 1969, Gudang Garam berubah dari industri rumah tangga menjadi firma. Seluruh unit produksi dipindah dari Gurah ke Kediri.

Status firma pun rupanya belum cukup menampung kedigdayaan Gudang Garam hingga naik level menjadi perseroan terbatas (PT) pada 1971.

Bisnis keluarga Wonowidjojo kian cemerlang saat mendapat bantuan fasilitas dari pemerintah berupa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), yang semakin mendukung perkembangan usaha.

Lalu pada 1979, Gudang Garam akhirnya mengembangkan produk Sigaret Kretek Mesin (SKM).

Kemudian pada 1990, Gudang Garam mencatat saham perdana di pasar modal, yang mengubah statusnya bisnis keluarga ini menjadi Perusahaan Terbuka.

Jenis-jenis rokok baru terus dimunculkan. Sang Raksasa asal Kediri pun memproduksi jenis rokok baru pada 2002, yaitu kretek mild yang ditandai dengan berdirinya Direktorat Produksi Gempol di Pasuruan Jawa Timur.

Ragam pilihan rokok dari yang 'keras' hingga 'ringan' pun membuat Gudang Garam bisa masuk ke semua segmen selera. Pada 2013, perusahaan memperluas daerah produksinya di area yang semula hanya seluas 1000 meter persegi menjadi 208 hektar yang tersebar di Kabupaten Kediri, Kota Kediri hingga Pasuruan.

Badai menggoyang raksasa

Sebesar apapun usaha, pasti ada pasang surutnya juga. Kini, Raja Sigaret asal Kediri itu diterpa isu PHK massal terhadap ratusan karyawan.

Isu PHK massal dibantah perseroan. Manajemen menjelaskan video perpisahan karyawan yan viral merupakan roses pelepasan 309 pekerja yang masuk usia pensiun, pensiun dini, serta berakhirnya kontrak kerja sesuai batas waktu yang disepakati.

Hal ini diklaim tidak memberikan dampak terhadap kelangsungan usaha maupun kegiatan operasional perseroan.

"Saat ini operasional perseroan berjalan seperti biasa, dari proses produksi hingga distribusi," ujar Direktur & Corporate Secretary Gudang Garam Heru Budiman dalam keterangan resmi, 10 September lalu.

Perseroan juga memastikan selalu memberikan hak karyawan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Namun, Gudang Garam membenarkan daya beli industri tembakau tengah lesu di tengah tingginya cukai rokok. Kondisi ini diperparah dengan semakin maraknya rokok ilegal yang tak bayar cukai sehingga harganya jauh lebih murah.

"Perseroan akan terus berusaha berinovasi dengan produk-produk yang lebih sesuai dengan kondisi pasar yang ada," tulis manajemen.

(sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK