Menteri ESDM Bahlil Lahadalia membuka peluang badan usaha membangun kilang minyak di Tanah Air. Hal ini buntut kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di SPBU swasta seperti, Shell Indonesia hingga BP AKR.
Peluang ini disampaikan Bahlil usai rapat dengan perwakilan Shell Indonesia, BP AKR, Vivo dan Exxon dalam konferensi pers di Kementerian ESDM, Jumat (19/9).
"Dan saya yakin teman-teman sudah mulai memikirkan untuk membangun kilang selain dari pada Pertamina," ujar Bahlil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahlil menyampaikan ada tiga poin yang diputuskan dalam rapat bersama SPBU swasta ini. Pertama, Shell dkk setuju untuk membeli bahan baku BBM (base fuel) dari Pertamina.
"Syaratnya adalah harus berbasis Best Feul, artinya belum dicampur-campur. Jadi barangnya itu ibarat bikin teh. Tadi Dirjen saya menjelaskan, kalau yang awalnya itu Pertamina mau jual sudah jadi teh. Tapi sekarang mereka bilang jangan teh katanya, air panas saja. Jadi produknya saja nanti dicampur di masing-masing tangki di SPBU masing-masing. Dan ini juga sudah disetujui, ini solusi," jelasnya.
Kedua, pemerintah dan SPBU swasta sepakat untuk melakukan joint surveyor proses pengadaan minyak impor untuk memastikan kualitas dan spesifikasi minyak masih murni.
"Agar tidak ada dusta diantara kita menyangkut kualitas, juga disepakati untuk melakukan dengan joint surveyor. Jadi barang belum berangkat, ada surveyor yang sama-sama disetujui di sana untuk dilakukan," kata Bahlil.
Ketiga, harga pembelian ke Pertamina dilakukan secara B2B (business-to-business) dengan mempertimbangkan harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP).
"Sekalipun Pertamina yang diberikan tugas, tetapi kita juga ingin harus fair. Gak boleh ada yang dirugikan. Kita ingin swasta maupun Pertamina harus sama-sama cengli," tegas Bahlil.
(ldy/sfr)