Harga emas terus menunjukkan tren kenaikan seiring memanasnya situasi politik global dan prospek perubahan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Pengamat pasar keuangan Ibrahim Assuaibi mengatakan faktor utama yang mendorong penguatan emas datang dari dinamika politik di AS.
"Yang mempengaruhi harga emas dunia terus mengalami kenaikan dan terdampak terhadap logam mulia, salah satunya perpolitikan di Amerika yang sampai saat ini terus memanas. Terutama adalah pasca Lisa Cook dipecat oleh (Presiden AS Donald) Trump. Kemudian Lisa Cook melakukan banding di pengadilan federal dan dimenangkan oleh Lisa Cook," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (24/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibrahim menambahkan situasi ini semakin kompleks karena Trump masih berupaya menekan agar Lisa Cook keluar dari jajaran Gubernur Bank Sentral AS. Selain itu, data ekonomi AS yang menunjukkan pelemahan tenaga kerja juga memberi sinyal kemungkinan The Fed menurunkan suku bunga pada Oktober.
"Hampir 85 persen ekonom di Amerika mengatakan bahwa The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga dan itu pun juga dibarengi dengan komentar-komentar dari beberapa gubernur Bank Sentral Amerika," katanya.
Menurut Ibrahim, faktor geopolitik turut memperkuat sentimen pasar. Serangan Rusia ke Ukraina, eskalasi konflik di Timur Tengah, serta sanksi dagang AS terhadap India dan China membuat ketidakpastian global meningkat.
Di sisi lain, pelemahan rupiah juga ikut mendukung kenaikan harga emas dalam negeri.
"Pelemahan mata uang rupiah ini berdampak positif terhadap harga logam mulia. Jadi wajar kalau harga logam mulianya itu menguat. Ya karena apa? Rupiahnya melemah, kemudian harga emas dunia mengalami penguatan," jelasnya.
Sementara itu, analis Doo Financial Futures Lukman Leong menyoroti kombinasi geopolitik dan arah kebijakan moneter AS sebagai pendorong tren emas dalam jangka panjang.
"Belakangan ini adalah eskalasi geopolitik di Timteng dan perang Ukraina. Serta prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Masih hingga beberapa tahun ke depan, tren emas ini juga didukung oleh diversifikasi cadev bank-bank sentral ke emas," paparnya.
Lukman menilai investor sebaiknya tetap mempertahankan kepemilikan emas, bahkan menambahnya secara bertahap.
"Karena rally sangat kuat, maka sangat sulit mengharapkan koreksi besar. Sehingga ada baiknya terus membeli secara berkala baik ketika turun maupun naik, strategi ini dikenal dengan dollar cost averaging. Adapun support jangka pendek di $3.700-3.715 dan resistance di $3.800," kata dia.
Harga emas batangan Antam kembali naik pada perdagangan Rabu (24/9). Berdasarkan situs Sahabat Pegadaian, harga emas Antam dipatok Rp2,255 juta per gram, naik Rp42 ribu dari posisi kemarin Rp2,213 juta per gram.
Sementara itu, harga emas Antam di Logam Mulia juga menguat. Situs resmi mencatat harga dasar emas berada di level Rp2,174 juta per gram, atau Rp2,179 juta per gram setelah ditambah Pajak Penghasilan (PPh) 0,25 persen.
Angka ini naik Rp10 ribu dibandingkan sehari sebelumnya yang masih di Rp2,164 juta per gram. Harga buyback emas ikut naik ke Rp2,021 juta per gram, dari sebelumnya Rp2,011 juta.
(del/agt)