1.562 Pekerja dan Warga Cikande Diperiksa Usai Paparan Radiasi Cs-137
Sebanyak 1.562 pekerja dan warga di kawasan Industri Modern Cikande, Kabupaten Serang, Banten, telah menjalani pemeriksaan kesehatan menyusul temuan paparan zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137).
Pemerintah memastikan pemeriksaan ini dilakukan secara menyeluruh untuk mengetahui dampak radiasi terhadap masyarakat sekitar.
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengatakan dari ribuan orang yang diperiksa, hanya sembilan pekerja pabrik yang menunjukkan indikasi paparan radiasi.
"Sembilan orang sudah ditangani oleh Kementerian Kesehatan. Mereka bahkan sudah diberi obat khusus dan pakaian yang digunakan saat terpapar telah diganti," kata Zulhas pada konferensi pers di Kemenko Pangan, Jakarta Pusat, Selasa (30/9).
Obat khusus yang digunakan untuk penanganan sembilan pekerja tersebut didatangkan dari Singapura. Zulhas menyebut hasil pemeriksaan secara keseluruhan tidak menunjukkan dampak kesehatan serius bagi pekerja maupun masyarakat lain.
"Satgas juga telah melakukan pemeriksaan terhadap 1.562 pekerja dan masyarakat, tidak menimbulkan dampak serius. Hanya ada sembilan orang tadi, dan itu sudah ditangani oleh Kementerian Kesehatan," tambahnya.
Sebagai langkah percepatan, pemerintah menetapkan kawasan Cikande dalam status kejadian khusus radiasi Cs-137. Status ini memberi dasar hukum untuk melaksanakan dekontaminasi dan pemetaan paparan secara sistematis.
Satgas Penanganan Cs-137 menegaskan kontaminasi hanya terjadi di kawasan Cikande dan tidak menyebar ke rantai pasok perikanan nasional maupun ekspor.
Proses dekontaminasi saat ini berlangsung di sejumlah titik yang teridentifikasi sebagai sumber paparan. Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol menjelaskan pembersihan dilakukan secara bertahap dengan durasi terbatas karena petugas hanya bisa berada di titik radiasi dalam waktu singkat.
"Kayaknya dua-tiga bulan, ya. Karena pelan-pelan harus jauh lari. Kami tidak boleh lebih dari dua menit berhadapan langsung dengan titik itu," katanya.
Pemantauan sejauh ini menetapkan radius penanganan hingga lima kilometer dari titik sumber. Meski begitu, aktivitas masyarakat dan industri di luar titik terkontaminasi tetap berjalan normal.
Hasil investigasi juga menegaskan sumber kontaminasi berasal dari scrap metal di PT Peter Metal Technology (PMT) dan sejumlah lapak besi bekas di sekitar kawasan, bukan dari tambak atau laut.
Sejumlah kontainer scrap metal yang diduga mengandung Cs-137 juga telah diamankan, termasuk 14 kontainer di Tanjung Priok yang segera dikirim kembali ke negara asal. Pemerintah menyebut langkah ini penting untuk mencegah kontaminasi lebih luas terhadap produk ekspor perikanan.
Penemuan paparan Cs-137 di Cikande berawal dari penolakan produk udang beku Indonesia di beberapa pelabuhan besar Amerika Serikat (AS) pada Agustus silam. Otoritas setempat mendeteksi adanya radiasi pada kontainer, yang kemudian memicu investigasi lintas lembaga di dalam negeri.
Hasil penelusuran menemukan zat radioaktif itu tidak terkait dengan laut atau tambak, melainkan aktivitas industri logam.
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) menjelaskan Cs-137 merupakan zat buatan yang biasa digunakan dalam peralatan industri, antara lain untuk mengukur aliran cairan maupun ketebalan bahan. Zat ini tidak terbentuk secara alami di lingkungan dan dalam kondisi terlepas dapat menimbulkan risiko kesehatan serius, termasuk peningkatan risiko kanker jika masuk ke tubuh.
Sejauh ini, material berbahaya yang berhasil dievakuasi mencapai lebih dari tujuh kuintal dengan tingkat radiasi yang sudah diturunkan ke level normal. Namun pemerintah tetap menyiapkan penyimpanan jangka panjang untuk memastikan keselamatan lingkungan.
Satgas Penanganan Cs-137 juga melibatkan Kementerian Kesehatan, BRIN, dan Bapeten dalam pemantauan berkelanjutan. Informasi perkembangan kasus ini disampaikan secara berkala kepada Badan Atom Internasional (IAEA) serta mitra dagang seperti AS.
(del/dhf)