Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia buka suara PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) dan BP AKR batal membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) base fuel impor dari PT Pertamina Patra Niaga (PPN).
Menurutnya, sampai saat ini proses business-to-business (B2B) masih terus berlangsung untuk mencari solusi agar proses kerja sama bisa dilanjutkan.
"B2B-nya lagi dikomunikasikan. Saya kan sudah katakan bahwa B2B-nya itu kolaborasi antara Pertamina dengan swasta. Ya, masih berjalan ya," ujar Bahlil ditemui usai peluncuran logo baru BPH Migas di Jakarta, Kamis (2/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Pertamina telah menjalin kesepakatan dengan Vivo untuk pembelian 40 ribu barel BBM base fuel. Namun, Vivo mendadak membatalkan pembelian dengan alasan BBM Pertamina mengandung etanol.
Lihat Juga : |
Wakil Direktur Utama PPN Achmad Muchtasyar mengatakan meski etanol yang terkandung masih sesuai ketentuan tetapi Vivo memutuskan untuk mundur.
"Isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini, adalah mengenai konten. Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, di mana secara regulasi itu diperkenankan, etanol itu sampai jumlah tertentu kalau tidak salah sampai 20 persen etanol, kalau tidak salah. Sedangkan ada etanol 3,5 persen," jelasnya di Ruang Rapat Komisi XII DPR RI, Rabu (1/10).
Perwakilan Vivo Energy yang hadir dalam rapat itu mengakui pembatalan pembelian BBM tersebut.
"Memang betul kami sesuai dengan saran dari pak menteri kami telah mengadakan negosiasi dengan Pertamina untuk membeli, tapi karena ada beberapa hal teknis yang tidak bisa dipenuhi oleh Pertamina sehingga apa yang sudah kami mintakan itu dengan terpaksa dibatalkan," jelasnya.
Namun, ia menyebutkan tidak menutup kemungkinan kesepakatan bisa berlanjut apabila Pertamina bisa memenuhi spesifikasi yang mereka inginkan.
"Tapi tidak menutup kemungkinan kami akan berkoordinasi dengan Pertamina untuk saat-saat mendatang, apa yang kami minta mungkin bisa dipenuhi Pertamina," tegasnya.
(ldy/dhf)