PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya untuk mendukung target kemandirian energi nasional sebagai bagian dari astacita Presiden Prabowo Subianto.
Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menyampaikan hal tersebut dalam acara Indonesia Langgas Berenergi yang digagas Detik dan CNN Indonesia di Anjungan Sarinah, Jakarta Pusat, Selasa (7/10).
Menurutnya, seluruh strategi perusahaan selalu diselaraskan dengan kebijakan pemerintah, khususnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai regulator utama sektor energi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Strategi Pertamina selalu kami upayakan agar selaras dengan program pemerintah, khususnya Kementerian ESDM sebagai regulator utama sektor energi di Indonesia," kata Simon.
Pertamina, kata Simon, saat ini mengusung dual growth strategy, yakni memaksimalkan bisnis migas eksisting sekaligus mengembangkan bisnis energi rendah karbon.
Pada sektor hulu, perusahaan fokus meningkatkan produksi minyak dan gas melalui Pertamina Hulu, meski sebagian besar sumur yang dikelola merupakan mature field atau sumur tua.
"Karena itu, berbagai inovasi teknologi dan inisiatif kami jalankan untuk memperlambat laju penurunan tersebut," kata Simon.
Meski begitu, Simon menekankan bahwa peningkatan produksi idealnya dilakukan dengan masuk ke wilayah kerja baru. Dalam dua tahun ke depan, Kementerian ESDM berencana melelang 74 wilayah kerja migas yang diharapkan mampu memberi kontribusi signifikan terhadap produksi nasional.
"Kementerian ESDM telah mendorong pelelangan sekitar 74 wilayah kerja dalam 1-2 tahun ke depan. Penemuan di wilayah baru ini akan memberikan kontribusi signifikan bagi peningkatan produksi nasional," ujarnya.
Selain sektor hulu, Pertamina juga memperkuat sisi hilir dengan pengembangan dan modernisasi kilang. Salah satu proyek strategis yakni Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang ditargetkan beroperasi pada 10 November 2025.
"Proyek RDMP Balikpapan akan meningkatkan kapasitas pengolahan, mengurangi impor, sekaligus menghasilkan produk setara Euro 5," kata Simon.
Ia menekankan, pembangunan kilang harus sejalan dengan peningkatan produksi migas domestik agar ketergantungan impor tidak tetap tinggi.
"Karena itu, bersama Kementerian ESDM, SKK Migas, dan seluruh pemangku kepentingan, kami berkomitmen mendorong peningkatan produksi migas nasional secara berkelanjutan," kata Simon.
Di sisi transisi energi, Pertamina mendorong pengembangan biofuel dengan implementasi program B40 menuju B50, serta memperkenalkan Pertamax Green 95 (E5) yang mengandung 5% etanol.
"Pertamax Green 95 (E5) yang mengandung 5% etanol sebagai bentuk dukungan terhadap bahan bakar ramah lingkungan," kata Simon.
Tak hanya itu, Simon menyebut panas bumi (geothermal) juga menjadi fokus utama. Indonesia saat ini menempati posisi kedua kapasitas terpasang panas bumi dunia setelah Amerika Serikat.
"Kami menargetkan agar pada tahun 2029 Indonesia dapat menjadi nomor satu di dunia dalam kapasitas terpasang panas bumi," ujar Simon.
(inh)