Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa berkelakar akan memotong gaji pejabat Kementerian Keuangan (Kemenkeu) imbas salah memprediksi data asumsi makro 2025.
Guyonan itu dilontarkan Menkeu Purbaya kepada Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu. Purbaya menemukan dua kesalahan proyeksi anak buahnya tersebut.
Pertama, ketika dirinya membaca realisasi imbal hasil atau yield surat berharga negara (SBN) 10 tahun sebesar 6,09 persen end of period (eop). Ada selisih 1 persen dari proyeksi pada APBN 2025 yang mematok 7 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lebih rendah dibandingkan dengan asumsi APBN yang sebesar 7 persen. Kalau gini, salah asumsinya ya? Masa miss-nya 1 persen? Kita untung, tapi dia (Febrio) berarti kerjanya jelek tuh, melakukan prediksinya salah," kata Purbaya pada Konferensi Pers APBN Kita di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (14/10).
Kedua, Febrio salah proyeksi data asumsi harga minyak mentah. Kementerian Keuangan mematok US$82 per barel pada APBN 2025, sedangkan realisasinya adalah US$66,81 per barel (eop).
Purbaya mengatakan kondisi riil harga minyak mentah memang memberikan ruang fiskal terhadap beban subsidi energi. Kendati demikian, ia menegaskan hal tersebut tetap salah.
"Ini salah lagi prediksinya jadinya. Bagus, kita untung, cuma gaji lu (Febrio) tetap dipotong. Eh, enggak boleh ngomong gitu?" ucap Purbaya berkelakar.
Terlepas dari itu, Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa melaporkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tekor Rp371,5 triliun atau 1,56 persen dari produk domestik bruto (PDB) per September 2025.
Defisit terjadi imbas pendapatan yang masuk ke kas negara baru Rp1.863,3 triliun alias 65 persen. Sedangkan Pemerintah Indonesia telah membelanjakan uangnya hingga Rp2.234,8 triliun atau setara 63,4 persen.
(skt/dhf)