BI Ungkap Uang di Masyarakat Bertambah Usai Purbaya Guyur Bank Rp200 T

CNN Indonesia
Rabu, 22 Okt 2025 16:42 WIB
BI menyebut jumlah uang beredar di masyarakat bertambah setelah Menkeu Purbaya memindahkan uang Rp200 triliun ke bank.
BI menyebut jumlah uang beredar di masyarakat bertambah setelah Menkeu Purbaya memindahkan uang Rp200 triliun ke bank. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA).
Jakarta, CNN Indonesia --

Bank Indonesia (BI) menyoroti dampak dana pemerintah Rp200 triliun yang dikucurkan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa ke perbankan.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah di perbankan mendorong kenaikan jumlah uang beredar.

Ia mengatakan pertumbuhan uang Primer (M0) Adjusted, yaitu uang primer yang telah memperhitungkan dampak penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) bank di Bank Indonesia karena pemberian kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) tercatat 18,58 persen (yoy) pada September 2025.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kebijakan moneter longgar dan penempatan dana SAL pemerintah di perbankan mendorong kenaikan jumlah uang beredar," kata Perry dalam konferensi pers virtual, Rabu (22/10).

Berdasarkan catatan BI, uang Primer (M0) Adjusted pada September 2025 tumbuh 18,58 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,3 persen (yoy) sehingga tercatat sebesar Rp2.152,4 triliun.

Sementara itu, pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2) Agustus 2025 meningkat dari 5,46 persen (yoy) pada Januari 2025 menjadi 7,59 persen (yoy).

"Dari sisi komponen, kenaikan pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) dari 7,25 persen (yoy) pada Januari 2025 menjadi 10,51 persen (yoy) pada Agustus 2025, sejalan dengan pertumbuhan uang kartal dari 10,30 persen (yoy) pada Januari 2025 menjadi 13,41 persen (yoy) pada Agustus 2025.

Di sisi lain, BI memandang pertumbuhan kredit perbankan masih perlu terus ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Kredit perbankan pada September 2025 masih tercatat 7,70 persen (yoy), sedikit meningkat dari 7,56 persen (yoy) pada Agustus 2025.

Perry mengatakan permintaan kredit belum kuat dipengaruhi oleh sikap pelaku usaha yang masih wait and see, optimalisasi pembiayaan internal oleh korporasi, dan suku bunga kredit yang masih relatif tinggi.

Perkembangan ini tercermin dari fasilitas pinjaman yang belum dicairkan (undisbursed loan) pada September 2025 yang masih cukup besar, yaitu mencapai Rp2.374,8 triliun atau 22,54 persen dari plafon kredit yang tersedia, terutama pada segmen korporasi dengan kontribusi utama dari sektor perdagangan, industri, dan pertambangan, serta dengan jenis kredit modal kerja.

Dari sisi penawaran, kapasitas pembiayaan bank memadai ditopang oleh rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 29,29 persen dan DPK yang tumbuh sebesar 11,18 persen (yoy) pada September 2025.

"Seiring ekspansi keuangan pemerintah termasuk penempatan dana Pemerintah pada beberapa bank besar serta kebijakan pelonggaran likuiditas dan insentif kebijakan makroprudensial Bank Indonesia," kata Perry.

[Gambas:Video CNN]

(fby/dhf)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER