Pembangunan pabrik soda ash pertama di Indonesia resmi resmi dimulai di Kawasan Industrial Estate (KIE) Bontang, Kalimantan Timur, dan dibangun dengan investasi sekitar Rp 5 triliun.
Pabrik berlokasi di atas lahan seluas 16 hektar (ha) dan diperkirakan bisa menyerap sekitar 800 tenaga kerja. Pabrik ditargetkan rampung pada Maret 2028.
Soda ash atau natrium karbonat (Na2CO3), adalah senyawa kimia berbentuk bubuk putih yang digunakan secara luas dalam berbagai industri, mulai dari pembuatan kaca dan deterjen, hingga pengolahan air dan pembuatan kertas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, mengatakan pembangunan pabrik menandai tonggak sejarah, karena Indonesia akan membangun pabrik soda ash pertamanya.
"Sudah lebih dari tiga dekade Indonesia berupaya memiliki pabrik soda ash, tidak berhasil. Dan hari ini kita mulai pembangunan pabrik pertama di Indonesia," kata Rahmad dalam acara Groundbreaking Pabrik Soda Ash di Kawasan Industrial Estate (KIE) Bontang, Kalimantan Timur, Jumat (31/10).
Proyek ini digarap oleh kontraktor PT TCC Indonesia Branch Enviromate Technology International (ETI) dan PT Rekayasa Industri (Rekind).
"Nilai investasinya sekitar Rp 5 triliun. (Pendanaannya) kita dari perusahaan sendiri, didukung oleh perbankan nasional," kata Gusriza.
Rahmad menjelaskan, Indonesia selama bertahun-tahun terpaksa mengimpor produk soda ash dari berbagai negara seperti AS hingga China, dengan volume yang terus bertambah.
Setidaknya saat ini Indonesia mengimpor kurang lebih 1 juta ton soda ash.
Padahal, Indonesia sendiri memiliki semua bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi soda ash itu, seperti CO2 dan amonia.
"Impor soda ash di Indonesia sekarang 1 juta ton dan akan terus tumbuh dengan pertumbuhan sekitar 5-6% per tahun. Kalau sekarang saja kita impor 1 juta, dan Indonesia tidak mulai membangun (pabrik) soda ash, tidak bisa saya bayangkan berapa besar devisa kita yang harus kita keluarkan Indonesia," kata Rahmad.
Pabrik soda ash anyar ini setidaknya akan memproduksi sebanyak 300 ribu ton soda ash per-tahun, sehingga dapat menurunkan kebutuhan impor hingga 30 persen.
Tidak hanya memproduksi soda ash, pabrik ini juga akan menghasilkan amonium klorida sebesar 300.000 ton, sehingga dapat menekan impor bahan baku pupuk hingga senilai Rp 250 miliar per tahun.
"Indonesia tidak hanya mengimpor soda ash, tapi Indonesia juga mengimpor produk sampingan hasil pabrik soda ash yaitu ammonium chloride. Jadi hasil dari sini tidak hanya menggantikan impor soda ash, tapi juga menggantikan impor dari ammonium chloride sebagai pupuk yang sangat dibutuhkan untuk kebun kelapa sawit," jelasnya.
Cek selengkapnya di sini.
(vws)