Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa ingin suku bunga kredit di Indonesia bisa turun hingga setara dengan Malaysia dan Thailand.
Menurutnya, dengan inflasi yang terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang solid, sudah saatnya biaya pinjaman di Tanah Air menjadi lebih murah agar daya saing ekonomi meningkat.
Purbaya menyampaikan perekonomian Indonesia tetap kuat di tengah ketidakpastian global. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2025 mencapai 5,12 persen, tertinggi di antara negara anggota G20. Sementara inflasi berada di level 2,65 persen pada September, yang juga terendah di kelompok tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini, katanya, menggambarkan keseimbangan yang ideal antara pertumbuhan dan kestabilan harga.
Lihat Juga : |
"Inflasi yang bagus itu enggak rendah tapi enggak tinggi juga. Enggak nol, tapi enggak 10. Ya, 2 sampai 3 ini adalah angka yang ideal buat kita," ujarnya dalam Rapat Kerja dengan Komite IV DPD RI, Jakarta Pusat, Senin (3/11).
Dengan inflasi yang stabil di kisaran ideal, Purbaya menilai suku bunga acuan seharusnya dapat bergerak di level moderat, yakni sekitar 3,65 persen. Dari situ, transmisi kebijakan moneter diharapkan bisa menurunkan suku bunga kredit ke kisaran 6 persen-7 persen agar lebih kompetitif dengan negara tetangga.
Ia mencontohkan suku bunga kredit di Malaysia saat ini berada di kisaran 5 persen-6 persen, sementara Thailand juga menerapkan level serupa. Menurutnya, dengan penyesuaian yang tepat terhadap kondisi inflasi, Indonesia seharusnya bisa mencapai efisiensi biaya pinjaman yang sama.
"Bukan itu yang saya incar-incar adalah suku bunga pinjaman harus turun ke bawah itu. Di atas itu sedikit, paling 2-3 persen. Kalau di atas 3,5 persen harusnya selalu stabil," tuturnya.
Purbaya optimistis jika suku bunga kredit bisa ditekan ke level tersebut, biaya modal pelaku usaha akan semakin efisien dan investasi dapat meningkat. Ia menilai kebijakan yang konsisten dalam menjaga inflasi rendah akan memperkuat daya saing ekonomi nasional.
"Artinya daya saing kita dari cost of capital bisa semakin baik," ujarnya.
(del/pta)