Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Quick Response Code Indonesian Standard alias QRIS ditakuti negara lain. Pasalnya jumlah pengguna QRIS terus bertambah, bahkan melampaui pengguna kartu kredit.
"QRIS sudah 56 juta penggunanya, bandingkan credit card 17 juta. Makanya (QRIS) ditakuti," kata Airlangga dalam acara CEO Insight Kompas 2025 di Hutan Plataran Kota, Jakarta Selatan, Selasa (4/11).
Airlangga mengatakan QRIS semakin ditakuti negara lain karena menggunakan standar internasional. QRIS sudah bisa dipakai di sejumlah negara, seperti Malaysia, Thailand, dan Jepang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ke depan, sambung Airlangga, QRIS ditargetkan bisa digunakan di lebih banyak negara.
"Kita sudah tembus berbagai negara, termasuk lima negara ASEAN plus Jepang, juga didorong negara UAE (Uni Emirat Arab) dan berbagai negara lain. Ini yang dikhawatirkan oleh berbagai negara," katanya.
Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi QRIS tumbuh 147,65 persen (yoy) pada kuartal III/2025. Kinerja positif tersebut didukung oleh peningkatan jumlah pengguna dan merchant.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Filianingsih Hendarta mengatakan nilai transaksi QRIS telah mencapai Rp1,9 kuadriliun.
"Sebagai game changer tadi dijelaskan juga QRIS sudah mencatat lebih dari 58 juta pengguna dan 41 merchant sampai dengan triwulan tiga dengan nilai transaksi lebih dari 1,9 quadrillion. Nah ini menegaskan bahwa posisi Indonesia sebagai salah satu pasar pembayaran digital terbesar di kawasan," ucap Fili dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital (FEKDI) dan Indonesia Fintech Summit & Expo (IFSE) 2025, dikutip CNBC, Jumat (31/10).
(fby/dhf)