Alasan IHSG Kembali Cetak Rekor Tertinggi 8.478 Pagi Ini

CNN Indonesia
Senin, 10 Nov 2025 12:06 WIB
Analis pasar keuangan menilai IHSG memecahkan rekor tertinggi hari ini didorong oleh ekspektasi positif terhadap sejumlah data ekonomi domestik dan eksternal. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim).
Jakarta, CNN Indonesia --

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatat rekor tertinggi baru alias all time high (ATH) pada perdagangan pagi ini, Senin (10/11), setelah sempat menembus level 8.478 sekitar pukul 10.00 WIB.

Kenaikan ini melanjutkan tren positif pasar saham domestik yang sudah terlihat sejak awal bulan.

Mengutip data RTI Infokom, IHSG dibuka di level 8.443, naik dari penutupan akhir pekan lalu di 8.394, dan sempat bergerak di kisaran 8.430 pada pukul 10.38 WIB.

Nilai transaksi mencapai Rp8,58 triliun dengan total volume perdagangan 17,23 miliar lembar saham. Dari seluruh saham yang diperdagangkan, 351 saham menguat, 245 melemah, dan 210 stagnan.

Menurut pengamat pasar keuangan Ibrahim Assuaibi, lonjakan tajam IHSG pagi ini, yang mencapai 2,76 persen ke posisi 8.394,59, didorong oleh ekspektasi positif terhadap sejumlah data ekonomi domestik dan eksternal.

"Penyebab utama investor itu sedang menunggu data indeks kepercayaan konsumen dari Indonesia. Kalau indeks kepercayaan konsumen itu di atas bulan sebelumnya, kemungkinan besar ini juga akan bagus untuk ke depannya," ujar Ibrahim kepada CNNIndonesia.com, Senin (10/11).

Ia menjelaskan indeks kepercayaan konsumen menjadi indikator penting daya beli masyarakat. Jika nilainya naik, hal ini mencerminkan keyakinan publik terhadap kondisi ekonomi yang membaik, yang nantinya dapat meningkatkan sentimen positif di pasar saham.

Selain faktor kepercayaan konsumen, Ibrahim juga menilai pasar tengah merespons rencana pemerintah melakukan redenominasi rupiah, yakni penyederhanaan nilai mata uang dari Rp1.000 menjadi Rp1.

"Pemerintah kemungkinan besar akan melakukan pemangkasan harga rupiah. Ini sedang digodok dalam RUU Redenominasi yang kemungkinan besar akan masuk Prolegnas 2026 dan diberlakukan di 2027," katanya.

Menurutnya, kebijakan ini dipandang positif oleh pelaku pasar karena akan memperkuat persepsi nilai tukar rupiah dan mempertegas stabilitas moneter.

"Dengan adanya pemotongan mata uang dari Rp1.000 menjadi Rp1 dan dolar akan dipatok di Rp15 ribu, ini cukup mumpuni untuk penguatan IHSG," tambahnya.

Dari sisi eksternal, Ibrahim menyebut investor juga menantikan rilis data inflasi Amerika Serikat dan data manufaktur China, dua faktor yang sering memengaruhi arah pasar global.

"Kalau inflasi Amerika masih di kisaran 3 persen, berarti tidak akan banyak perubahan global. Tapi kalau di atas itu, pergerakan IHSG bisa terpengaruh. Begitu juga data manufaktur China karena perang dagang masih berdampak terhadap perekonomian di sana," ujarnya.

Sementara itu, VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi menilai pencapaian all time high IHSG pagi ini merupakan hasil kombinasi dari beberapa faktor teknis dan fundamental.

"IHSG di sesi pertama sempat menyentuh high di level 8.478 atau level tertinggi baru. Hal ini didorong oleh beberapa faktor, di antaranya rebalancing indeks global, seperti MSCI, adjustment pasar atas kinerja keuangan positif di kuartal III, serta stabilitas harga komoditas," kata Oktavianus.

Menurutnya, rebalancing indeks global mendorong adanya arus masuk pasif dari produk investasi yang menyesuaikan portofolionya dengan indeks seperti MSCI.

Selain itu, laporan keuangan sejumlah emiten di sektor teknologi dan barang baku yang menunjukkan kinerja positif turut mengangkat sentimen pasar.

"Stabilitas harga komoditas juga mendorong spekulasi positif pada kinerja keuangan emiten sehingga meningkatkan harga saham di pasar," jelasnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, IHSG bergerak menguat seiring dengan perbaikan sejumlah indikator ekonomi domestik, mulai dari inflasi yang terjaga, aliran modal asing yang masuk, hingga optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal IV.

Sentimen positif juga muncul dari langkah pemerintah menjaga stabilitas fiskal dan nilai tukar di tengah gejolak global.

Dengan kombinasi faktor domestik dan eksternal yang relatif stabil, pelaku pasar menilai peluang IHSG untuk kembali menguji level 8.500 terbuka lebar dalam waktu dekat.

(del/dhf)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK