Harga Minyak Dunia Turun di Tengah Kenaikan Stok AS dan Proyeksi OPEC
Harga minyak mentah dunia kembali melemah tipis pada perdagangan Kamis (13/11), setelah data menunjukkan adanya peningkatan stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS).
Selain itu, revisi proyeksi pasokan global oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga turut menekan harga minyak.
Mengutip Reuters, minyak mentah berjangka Brent turun 9 sen atau 0,1 persen menjadi US$62,62 per barel, setelah anjlok 3,8 persen. Sementara itu, West Texas Intermediate AS (WTI AS) turun 11 sen atau 0,2 persen ke posisi US$58,38 per barel, melanjutkan penurunan 4,2 persen sehari sebelumnya.
Penurunan harga terjadi setelah laporan American Petroleum Institute (API) menunjukkan stok minyak mentah AS naik 1,3 juta barel dalam sepekan, yang berakhir pada 7 November.
Meski persediaan bensin dan distilat turun, kenaikan stok minyak mentah memperkuat kekhawatiran pasokan global masih berlebih dibandingkan permintaan bahan bakar saat ini.
"Penurunan harga baru-baru ini tampaknya dipicu oleh revisi keseimbangan pasokan-permintaan OPEC untuk tahun 2026 dalam laporan bulanannya. Hal ini menunjukkan kelompok tersebut kini mengakui potensi kelebihan pasokan pada 2026, berbeda dengan sikap optimistis yang dipegang sebelumnya," kata Suvro Sarkar, analis energi senior dari Bank DBS.
Menurutnya, perubahan pandangan OPEC tersebut sejalan dengan keputusan organisasi itu untuk menunda pencabutan pemangkasan produksi sukarela pada kuartal I 2027. Meski begitu, Sarkar menilai reaksi pasar terlalu berlebihan karena fundamental pasokan belum berubah signifikan.
Dalam laporan bulanannya, OPEC memproyeksikan pasokan minyak global akan sedikit melebihi permintaan pada 2026, didorong oleh peningkatan produksi dari aliansi OPEC+, yang mencakup anggota OPEC dan mitra seperti Rusia.
Sementara itu, Energy Information Administration (EIA) dijadwalkan merilis data resmi persediaan minyak AS pada Kamis malam waktu setempat. Lembaga tersebut juga menyebut dalam laporan Short-Term Energy Outlook bahwa produksi minyak AS akan mencapai rekor tertinggi baru tahun ini, melebihi perkiraan sebelumnya.
EIA memperkirakan persediaan minyak global akan terus meningkat hingga 2026 karena laju produksi tumbuh lebih cepat dibandingkan permintaan bahan bakar sehingga menambah tekanan terhadap harga minyak dunia.
Meski demikian, sejumlah analis memperkirakan harga minyak akan bertahan di kisaran US$60 per barel, karena adanya potensi gangguan jangka pendek terhadap ekspor Rusia menyusul penerapan sanksi yang lebih ketat.
"Akan ada dukungan yang cukup kuat terhadap harga minyak di sekitar US$60 per barel, terutama jika ekspor Rusia terganggu ketika sanksi baru diberlakukan," kata Sarkar menambahkan.
(ldy/pta)