Pertamina Temukan Harta Karun Terbesar Sedekade
PT Pertamina (Persero) mengungkapkan temuan sumur 'harta karun' berisi 724 juta barel, yang diklaim sebagai temuan terbesar dalam 10 tahun atau satu dekade terakhir.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Direktur Utama (Wadirut) Pertamina Oki Muraza saat merinci berbagai capaian perseroan. Temuan 'harta karun' berupa migas nonkonvensional (MNK) itu disebut-sebut sebagai yang terbesar di sektor hulu migas.
"Di sektor hulu migas, kita berhasil menemukan the largest discovery dalam 10 tahun terakhir. Kita berhasil menemukan migas nonkonvensional atau MNK di WK Rokan," ungkap Oki dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta Pusat, Rabu (19/11).
"Potensi temuannya mencapai 724 juta barel (barel setara minyak/BOE), itu hanya dari satu struktur. Tentunya potensi (migas) unconventional di Indonesia jauh lebih besar dari itu. Ini merupakan salah satu penemuan conventional maupun unconventional terbesar di Pertamina Group," tegasnya.
Temuan sumber migas baru tersebut pernah disampaikan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) pada November 2024. Mereka menjelaskan temuan itu berasal dari Sumur Gulamo DET-1, yakni sumur MNK pertama di Indonesia yang berhasil membuktikan adanya aliran hidrokarbon ke permukaan.
MNK adalah migas yang terbentuk dan terkekang pada batuan reservoir berbutir halus serta berpermeabilitas rendah di dalam zona kematangan. MNK akan ekonomis apabila diproduksi melalui pengeboran horizontal dengan menggunakan teknik stimulasi hydraulic fracturing, antara lain shale oil, shale gas, tight sand oil, tight sand gas, gas metana batu bara, dan methane-hydrate.
Penemuan tersebut membuktikan upaya Pertamina dalam mengembangkan sumber daya migas nonkonvensional telah membuahkan hasil.
Di lain sisi, Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini memaparkan sejumlah upaya perseroan untuk melepas atau mengurangi ketergantungan impor LPG.
"Terkait dengan LPG, ini sebagai substitusi dan mengurangi impor, ini juga sudah kita masukkan program strategis kita untuk melakukan pembangunan LPG Plant untuk mengurangi porsi dari LPG impor," jelas Emma.
"Dan CNG untuk substitusi dan mengurangi impor dari LPG, juga Jaringan Gas Kota. Ini yang akan dilakukan oleh kolaborasi dari subholding upstream dan subholding PGN untuk mengurangi impor dan substitusi dari LPG," sambungnya.
(skt/pta)