Dusun Nadi mungkin hampir sama dengan kebanyakan tempat di Bangka Belitung. Tanahnya lembek serta becek saat hujan turun.
Pada pertengahan November ini, Dusun Nadi jadi perhatian. Hal itu buntut lubang raksasa yang menganga sejak lama akibat tambang ilegal.
"Negara tak boleh kalah dengan kegiatan ilegal," ujar Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat meninjau ke Dusun Nadi, Kecamatan Lubuk Besar, Bangka Belitung pada Rabu (19/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah ucapan lantang Sjafrie, ada puluhan ekskavator hasil tangkapan operasi berjejer di salah satu sudut dusun tersebut. Tak jauh dari sana, ada pula tanah yang menganga akibat pengerukan aktivitas tambang. Beberapa alat berat pun masih berada di dalamnya.
Sjafrie siang itu memakai baju loreng dan bertopi. Dia juga ditemani oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang memakai jaket hijau tua. Ada pula Jaksa Agung ST Burhanuddin.
Ketiganya kompak melihat hasil operasi dari Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH) Halilintar terhadap tambang ilegal.
Satgas PKH menemukan tambang timah ilegal di Bangka Belitung yang berpotensi merugikan negara Rp12,9 triliun.(Foto: CNN Indonesia/Anugerah Perkasa) |
Satgas menemukan kegiatan dugaan tambang ilegal berbungkus izin tambang pasir kuarsa. Operasi mereka diduga berpotensi merugikan negara Rp12,9 triliun.
Selain ekskavator, 10 unit alat isap pasir juga diamankan oleh satuan tersebut. Luas lahan yang diduga terlibat tambang ilegal itu sekitar 315 ha.
"Paten," kata Bahlil merespons temuan tersebut. "Karena ini, saya akan menarik izin tambang pasir kuarsa kembali ke pusat."
"Kejaksaan Tinggi Bangka Belitung akan menelusuri siapa pemilik modal tambang," kata Jaksa Agung ST Burhanuddin. "Ini bukan pemilik modal biasa."
Saya menyaksikan ucapan ketiga pejabat tersebut di Dusun Nadi pada hari itu. Sebelum datang ke lokasi tersebut, saya juga mempelajari pelbagai temuan Satgas PKH Halilintar dipaparkan sang Komandan Satgas Mayjen TNI Febriel Buyung Sikumbang di Desa Mabat, Kecamatan Bakam, di hari yang sama.
Selain di Dusun Nadi, penyergapan juga terjadi di Perairan Sadai Bangka Selatan pada awal Oktober lalu. Mereka menemukan muatan pasir timah sebanyak 143 kampil dengan total mencapai 7 ton. Juga ada penertiban 50 unit ponton isap pasir ilegal yang memasuki IUP PT Timah.
"Penyusuran dan pencarian pasir timah di pulau kecil terluar Bangka Belitung," ujar Febriel, "berdasarkan informasi intelijen dan masyarakat."
Bangka Belitung memang terkenal penghasil timah dunia. Negara tujuan ekspornya pun beragam, mulai China, India, Korea Selatan, Singapura hingga Belanda.
Data BPS Bangka Belitung menyatakan nilai ekspor timah sepanjang Januari-September 2025 mencapai US$151,68 juta atau naik dibandingkan periode serupa 2024, yakni US$150,54 juta.
Saya kira, aksi tumpas tambang ilegal di Bangka Belitung ini juga merupakan tindak lanjut perintah Presiden Prabowo Subianto pada September lalu. Kala itu dia menginstruksikan agar seluruh aparat melakukan operasi besar-besaran terhadap tambang ilegal.
"Bangka Belitung cukup lama menjadi tambang terkemuka dunia, tapi ada seribu tambang ilegal," kata Prabowo pada September. "Ada yang pakai kapal, ada yang pakai feri. Mulai sekarang tutup, tidak bisa keluar sampai kapan pun."
Dan hari itu, mungkin saya mengenang Dusun Nadi tak sekadar dusun biasa dari Bangka Belitung.
Atau, tempat yang pernah didatangi para pejabat tinggi karena penangkapan besar operasi khusus. Bagi saya, dia adalah pengingat bagaimana tambang ilegal merusak tatanan lingkungan hingga sosial.
Hujan kembali turun di Dusun Nadi siang itu. Tanah pun makin basah karenanya. Tapi cerita Bangka Belitung dengan segala isinya, mungkin tak akan pernah mengering.
(asa/agt)