BNI Bantu 380 UMKM di Ngawi Naik Kelas dan Berdaya Saing

CNN Indonesia
Jumat, 21 Nov 2025 15:07 WIB
PT BNI (Persero) berupaya ikut membantu pemerintah memberdayakan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di seluruh Indonesia.
PT BNI (Persero) berupaya ikut membantu pemerintah memberdayakan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di seluruh Indonesia. ( Arsip BNI).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT BNI (Persero) berupaya ikut membantu pemerintah memberdayakan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di seluruh Indonesia.

Bantuan diberikan karena bagi BNI, para pelaku UMKM adalah pahlawan ekonomi modern yang berjuang membangun kemandirian dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Bantuan diberikan salah satunya melalui program BNI Berbagi. Program salah satunya dijalankan di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di wilayah ini, BNI telah membantu pengembangan lebih dari 380 pelaku UMKM. Program ini menjadi wadah pembinaan, pendampingan, dan fasilitasi akses pasar agar pelaku usaha lokal dapat naik kelas dan berdaya saing lebih tinggi.

Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo menjelaskan pemberdayaan UMKM menjadi salah satu fokus utama BNI dalam mendukung ekonomi kerakyatan yang inklusif dan berkelanjutan.

"BNI berkomitmen menghadirkan solusi nyata bagi pelaku usaha lokal agar dapat naik kelas melalui pembinaan dan pendampingan menuju akses pasar yang lebih luas," ujar Okki dalam keterangan tertulis.

Program sudah dinikmati oleh UMKM. Salah satunya Awicho, UMKM asal Ngawi. UMKM ini berhasil memadukan dua produk lokal yakni cokelat dan tempe menjadi inovasi kuliner khas yang kini dikenal di berbagai kota besar di Indonesia.

Sebagai informasi, Awicho didirikan oleh Masrifah Hidayati Nur, atau akrab disapa Ida. Awalnya, UMKM ini hanya memproduksi cokelat karakter musiman pada 2014.

Namun, setelah banyak percobaan, dia menemukan ide unik menciptakan cokelat tempe, menggabungkan dua ikon rasa khas Ngawi.

"Ngawi terkenal dengan tempe. Jadi saya berpikir untuk membuat cokelat tempe. Tidak mudah, karena dua bahan ini punya karakter berbeda. Tapi setelah banyak percobaan, akhirnya ketemu rasa yang pas," ujar Ida.

Lewat dukungan pembinaan dari BNI, Ida mendapat pelatihan dalam hal branding, packaging, digital marketing, hingga kesempatan tampil di berbagai pameran lokal dan nasional.

"Dari pelatihan dan dukungan BNI, kami belajar banyak tentang strategi penjualan dan pengembangan produk. Sekarang penjualan kami meningkat signifikan," katanya.

Kini, Awicho mempekerjakan lima karyawan tetap dan memproduksi berbagai varian olahan cokelat dan tempe seperti cokelat tempe, brownies kering tempe, serta keripik tempe cokelat dengan harga Rp5.000 hingga Rp25 ribu per kemasan.

Ida juga memberdayakan ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya untuk ikut dalam proses produksi, agar mereka dapat memiliki penghasilan tambahan.

"Sebagian besar dari mereka adalah tulang punggung keluarga. Saya ingin mereka juga bisa mandiri dan punya penghasilan sendiri," tambahnya.

Meskipun sempat terpukul saat pandemi Covid-19 dengan omzet hanya Rp2 juta-Rp3 juta per bulan, Ida mampu bangkit. Itu semua berkat semangat pantang menyerah dan dukungan berkelanjutan dari BNI.

Kini, omzet Awicho stabil di kisaran Rp25-30 juta per bulan, bahkan melonjak hingga Rp210 juta saat musim Lebaran.

(agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER