Dorongan untuk menghadirkan inovasi ramah lingkungan membuka peluang bagi pemanfaatan limbah kayu yang lebih bernilai. Melalui pendampingan berkelanjutan dari BRI, Faber Instrument, pelaku usaha kerajinan asal Jawa Barat, berhasil mengembangkan produk berbahan limbah kayu jati yang diminati pasar dalam dan luar negeri.
Pendiri Faber Instrument, Helmi, menjelaskan bahwa idenya berawal dari banyaknya limbah kayu jati di lingkungan sekitarnya yang belum termanfaatkan. Limbah tersebut kemudian diolah menjadi produk audio dengan nilai estetika dan karakter suara khas kayu alami.
"Selain berorientasi pada kualitas suara, kami ingin menciptakan produk yang membawa pesan keberlanjutan dan kearifan lokal Indonesia. Saat ini basis produksi dan workshop kami berada di Cianjur, Jawa Barat, Gallery dan kegiatan pemasaran di Gedung STP-IPB Bogor dan pengembangan bisnis kami terhubung dengan mitra di beberapa kota besar seperti Bandung dan Jakarta," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan, Faber Instrument menerapkan model kerja yang melibatkan tenaga lokal, dengan perajin kayu dan ibu rumah tangga di sekitar Cianjur untuk pengerjaan bodi kayu, finishing, dan pengemasan. Mengusung prinsip tumbuh bersama masyarakat, tim inti saat ini berjumlah 12 orang dengan dukungan lebih dari 30 perajin dan mitra lokal.
Keunikan produk menjadi daya tarik utama Faber Instrument. Semua speaker diproduksi secara handcrafted menggunakan kayu jati pilihan dan menghadirkan karakter suara alami. Reputasi kualitas ini mengantarkannya menjadi penyedia souvenir resmi G20 serta Mandalika Official Merchandise.
Jangkauan pemasaran Faber terus berkembang. Di dalam negeri, produk mereka telah hadir di berbagai kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar. Untuk pasar global, Faber telah menembus Korea Selatan dan kini menjajaki permintaan dari calon pembeli di Asia dan Eropa.
Kapasitas produksi Faber juga meningkat seiring bertambahnya permintaan. Saat ini, mereka mampu memproduksi 100-200 unit per bulan, dengan total penjualan mencapai 945 unit dan omzet sekitar Rp1,5 miliar sepanjang 2024.
Perjalanan Faber sebagai UMKM naik kelas semakin kuat sejak bergabung dengan ekosistem BRI melalui program Brilianpreneur, yang kini bernama BRI UMKM EXPO(RT). Program ini memberikan pendampingan mulai dari pelatihan manajemen, kurasi produk, hingga akses ke pameran nasional dan internasional.
"Selain itu, kami mendapatkan dukungan pembiayaan Rekening Koran (RK), atau kredit modal kerja dari BRI yang kami gunakan untuk pengembangan produksi, pembelian bahan baku, dan peningkatan kapasitas," kata Helmi.
Menurutnya, dukungan BRI berperan besar dalam membantu Faber menembus pasar ekspor. Pendampingan mencakup peningkatan kapasitas manajemen, perluasan jaringan pasar, akses pembiayaan, hingga kesempatan tampil di berbagai ajang dalam dan luar negeri.
Pada kesempatan terpisah, Corporate Secretary BRI, Dhanny, menyampaikan bahwa Faber Instrument merupakan contoh bagaimana inovasi dan keberlanjutan dapat mendorong UMKM lokal untuk tumbuh.
"Melalui beragam dukungan program pemberdayaan UMKM, BRI akan terus membantu pelaku usaha lokal naik kelas dan memperkuat posisi di pasar domestik sekaligus memperluas ekspansi di kancah global," tandasnya dalam keterangan tertulis, Selasa (25/11).
(rir)