Di perbatasan Indonesia-Malaysia, Kampung Kindau di Desa Sekida, Jagoi Babang, Bengkayang, Kalimantan Barat, membuktikan bahwa akses pembiayaan yang tepat dapat mengubah sebuah komunitas. Wilayah yang dikenal dengan tradisi anyaman rotan dan bambu khas Dayak Bidayuh ini kini berkembang menjadi pusat ekonomi kreatif berkat dukungan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Sejak ditetapkan sebagai Kampung Kreatif pada 2017, warga Kindau terus menjaga tradisi menganyam yang diwariskan turun-temurun. Namun geliat ekonomi baru benar-benar terasa ketika para perajin mendapatkan akses permodalan yang lebih layak dan pembinaan usaha melalui program KUR BRI.
Transformasi ekonomi Kindau tak lepas dari cerita Fitri Nurjanah, salah satu penggerak IKM Ton Sowa. Fitri memulai usahanya dalam skala rumahan pada 2019, tepat ketika pandemi membuat banyak ibu rumah tangga kehilangan pendapatan. Ia kemudian mengajak para ibu untuk menghidupkan kembali tradisi menganyam agar tetap bisa mendapatkan pemasukan dari rumah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fitri mengaku, tantangan terbesarnya adalah modal. Produksi berjalan, tetapi terbatas. Pemasaran juga mulai berkembang lewat media sosial, tetapi jumlah pesanan sering tak dapat dipenuhi karena kurangnya bahan baku dan alat produksi.
Titik balik terjadi ketika pada 2021 Fitri memperoleh pembiayaan KUR BRI sebesar Rp50 juta. Dengan tambahan modal tersebut, omzet usaha meningkat sampai 50 persen, kapasitas produksi bertambah, dan lapangan kerja tercipta bagi 10 ibu rumah tangga yang kini menganyam setiap hari. Secara keseluruhan, kelompok IKM Ton Sowa mampu menghasilkan hingga 2 ribu produk per tahun.
"BRI sangat membantu. Tidak ada kendala berarti, semuanya sesuai prosedur," ujar Fitri.
Selain modal, BRI juga membantu pemasaran dengan membawa produk-produk Kindau ke berbagai pameran dan menyiapkan QRIS untuk memudahkan transaksi. Berkat dukungan tersebut, produk Kindau banyak diborong pembeli Malaysia setiap akhir pekan dan dikirim ke Pasar Serikin, Sarawak, melalui sistem purchase order.
BRI Jemput Bola ke Perbatasan: Akses KUR untuk Semua
Kampung Kindau bukan satu-satunya penerima manfaat. Melalui pendekatan berkonsep jemput bola, BRI KCP Bengkayang telah menyalurkan KUR kepada 127 pelaku usaha perbatasan dengan total pembiayaan Rp35,8 miliar hingga November 2025. Penyaluran tersebut diperkuat jaringan kantor unit BRI di berbagai kecamatan serta dukungan agen BRILink yang memudahkan transaksi harian masyarakat.
Pemimpin BRI KCP Bengkayang, Vendy Aries Martcahyo, menuturkan bahwa wilayah perbatasan memiliki tantangan tersendiri: banyak pelaku UMKM belum memiliki legalitas seperti NIB atau SKU, sebagian memiliki riwayat kredit bermasalah, dan ada pula usaha yang belum layak dibiayai. Namun pendekatan lapangan menjadi kunci penyelesaian.
"Melalui kunjungan langsung, kami bisa memastikan usaha benar-benar berjalan, sekaligus membantu menyiapkan administrasi yang dibutuhkan," kata Vendy.
Dengan cara ini, BRI bukan hanya menyalurkan modal, tetapi juga melakukan pembinaan, monitoring, dan edukasi keuangan. Sektor usaha yang dibiayai pun beragam, mulai dari perkebunan, peternakan, saprotan, kios sembako, hingga pengolahan hasil kebun.
BRI juga menyiapkan penguatan jangka panjang melalui KUR berbasis klaster komoditas, literasi digital melalui aplikasi BRImo, pendampingan pemasaran di e-commerce, hingga fasilitasi keikutsertaan UMKM dalam berbagai expo.
Dampak KUR BRI terasa hingga ekosistem ekonomi kreatif dan wisata. Kampung Kindau kini bekerja sama dengan Desa Wisata Jagoi, di mana wisatawan diarahkan membeli oleh-oleh ke Kindau.
Produk unggulan seperti bidai, yakni tikar rotan bermotif enggang, kelarai, dan bunga rimbang, menjadi favorit pasar lokal maupun internasional dengan harga Rp450 ribu hingga lebih dari Rp1 juta.
Kini hampir seluruh rumah di Kindau berubah menjadi studio kerajinan. Siang ke ladang, malam hari warga menganyam. Pendapatan perajin meningkat, dan Fitri sendiri memperoleh Rp5-10 juta per bulan. Akses bahan baku rotan juga tetap terjaga berkat pemasok lokal.
Sinergi modal, pemasaran, dan pendampingan menjadikan Kampung Kindau salah satu contoh sukses bagaimana pembiayaan mikro dapat mendorong masyarakat perbatasan menjadi mandiri dan sejahtera. Melalui KUR, pendampingan, dan layanan perbankan yang menjangkau kampung terjauh, BRI memastikan tidak ada pelaku usaha tertinggal.
(rea/rir)