Bank Dunia Minta Malaysia Naikkan Harga BBM Tapi Ditolak Anwar Ibrahim

CNN Indonesia
Sabtu, 06 Des 2025 16:17 WIB
Bank Dunia mengkritik harga ganda BBM RON 95 di Malaysia. Warga lokal membeli di harga Rp8.077, sementara WNA harus membeli seharga Rp10.553 per liter. (Foto: iStock/Nalidsa Sukprasert)
Jakarta, CNN Indonesia --

Bank Dunia menyarankan Pemerintah Malaysia menetapkan harga bahan bakar minyak (BBM) RON 95 sesuai harga pasar alias floating price.

Usul itu disampaikan World Bank Lead Economist for Malaysia Apurva Sanghi dalam beberapa kesempatan. Bahkan, ia sampai membuat thread khusus di aplikasi X mengenai argumentasinya tersebut.

Bank Dunia mengkritik harga ganda BBM RON 95 yang dinilai tidak efektif mencegah kebocoran subsidi. Warga Malaysia berhak atas harga lebih murah senilai 1,99 ringgit per liter atau setara Rp8.077 (asumsi kurs Rp4.059 per ringgit Malaysia), sedangkan warga negara asing (WNA) harus membayar 2,60 ringgit (Rp10.553) setiap liternya.

"Orang kaya Malaysia tidak dikecualikan [dari harga subsidi BBM RON 95]+mereka punya banyak mobil+lebih sering berkendara. Jadi, mereka [orang kaya Malaysia] tetap yang paling diuntungkan (secara absolut)," jelasnya dalam akun X @ApurvaSanghi, Rabu (24/9).

Oleh karena itu, Apurva Sanghi menolak penetapan harga ganda tersebut. Ia menilai Pemerintah Malaysia juga tidak bakal menerima manfaat lebih dengan hanya mematok harga mahal bagi orang asing.

Ia mengamini memang ada potensi WNA mengurangi intensitas penggunaan mobil pribadi. Akan tetapi, penduduk lokal yang termasuk orang-orang kaya, bakal cenderung berkendara lebih sering karena harga RON 95 lebih murah alias tetap disubsidi.

"Ini (harga ganda BBM RON 95) melemahkan dorongan untuk mobil pribadi yang lebih bersih dan penggunaan transportasi umum," ucap Sanghi lebih lanjut.

"Mengapa (Pemerintah Malaysia) tidak mengadopsi perbaikan (reformasi subsidi) yang sudah baku? Float prices plus bantuan tunai yang ditargetkan?" sarannya kepada Pemerintah Malaysia.

Di lain sisi, wakil dari Bank Dunia di Malaysia itu mempertanyakan dasar perhitungan Negeri Jiran yang mengklaim bisa menghemat 2,5 miliar ringgit atau setara Rp10,14 triliun dari kebijakan subsidi BBM tersebut. Sanghi menilai penghematan itu akan sangat bergantung dari orang asing yang tetap membeli BBM dengan harga lebih mahal.

Sanghi lalu mengingatkan peristiwa lonjakan harga BBM pada 2008 lalu yang akhirnya membuat Malaysia berbenah. Ia mengatakan orang-orang hanya akan mengingat kenaikan mendadak, tanpa memperhatikan kondisi harga minyak global.

"Penetapan harga ganda; bahan bakar yang lebih murah; dan subsidi untuk semua [warga Malaysia] mengundang kebocoran, penggunaan berlebihan, dan penghematan fiskal yang tidak signifikan," tuturnya.

"Jika kebijakan saat ini merupakan bagian dari rencana yang lebih besar, mungkin ada baiknya untuk memberi tahu masyarakat. Plot twist memang bagus dalam drama Korea, tetapi tidak dalam kebijakan BBM," imbuh Sanghi.

Terpisah, Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim menolak usul Bank Dunia untuk menetapkan harga pasar dalam penjualan BBM RON 95. Ia bersikukuh dengan program Budi Madani RON95 (Budi95).

Anwar mengklaim subsidi RON 95 versi Malaysia saat ini merupakan langkah bijaksana yang berhasil mengurangi belanja pemerintah tanpa membebani masyarakat.

"Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan kami bijaksana dan kami mengambil tindakan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Alhamdulillah, subsidi RON 95 yang ditargetkan di seluruh Malaysia telah mendapat respons yang sangat baik dan positif," kata Anwar Ibrahim di Dewan Negara Malaysia, Selasa (2/12), dikutip dari Malaymail.

(skt/pta)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK