Jalan Rusak Jadi Kendala Salurkan Bantuan ke Korban Bencana Sumatra

CNN Indonesia
Senin, 08 Des 2025 19:43 WIB
Mendag Budi Santoso membeberkan penyaluran bahan pokok di wilayah terdampak banjir Sumatra saat ini masih terkendala kondisi infrastruktur.
Mendag Budi Santoso membeberkan penyaluran bahan pokok di wilayah terdampak banjir Sumatra saat ini masih terkendala kondisi infrastruktur. Ilustrasi. (AFP/CHAIDEER MAHYUDDIN).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso membeberkan penyaluran bahan pokok di wilayah terdampak banjir Sumatra saat ini masih terkendala kondisi infrastruktur.

Ia menyebut secara umum pasokan di daerah sekitar bencana masih tersedia, namun distribusi bantuan ke titik terdampak belum sepenuhnya lancar karena akses jalan yang rusak.

"Kalau di daerah bencana itu kan memang yang kena bencana, khusus kan ditangani dengan bantuan segala macam. Tetapi di sekitarnya, artinya di sekitar yang tidak terjadi bencana, Sumatera Utara juga menyampaikan pasokan ada, pasokan terkendali. Cuma kalau yang mau masuk bantuan, infrastrukturnya lagi bermasalah," ujar Budi di Kemendag, Jakarta Pusat, Senin (8/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan gangguan distribusi saat ini lebih banyak disebabkan oleh putusnya jalur logistik menuju wilayah bencana.

Sementara itu, untuk daerah yang tidak terdampak langsung, pasokan bahan pokok tersedia dan masih bisa disalurkan seperti biasa.

Pemerintah, kata dia, juga mengantisipasi agar hambatan di satu wilayah tidak memicu kelangkaan di daerah lain.

Terkait stabilisasi harga pangan di Sumatera, Budi menyampaikan ketersediaan barang dari sisi produsen sebenarnya dalam kondisi aman. Pemerintah juga memastikan distribusi dari produsen ke pasar tetap dijaga agar tidak terhambat.

"Tadi sudah disampaikan, pada prinsipnya karena dari asosiasi, dari produsen barangnya ada semua. Kemudian distribusinya tadi juga dijamin akan lancar," ujarnya.

Untuk wilayah yang benar-benar terdampak bencana, pola distribusinya berbeda karena mengandalkan pengiriman bantuan kemanusiaan.

Saat ini, sambung Budi, fokus utama pemerintah adalah memastikan bantuan dapat menjangkau lokasi yang akses jalannya masih terganggu akibat banjir dan longsor.

"Kalau yang di bencana memang sifatnya bantuan. Sekarang lagi ditata seperti jalur dari Sumut sampai ke lokasi. Yang penting sekarang fokus bantuan. Kalau di luar lokasi bencana tadi sudah diantisipasi, pasokan sebenarnya cukup, enggak ada masalah," tutur Budi.

Bencana banjir bandang dan longsor di Sumatra juga berdampak signifikan terhadap harga bahan pokok, khususnya cabai.

Di Banda Aceh, harga cabai merah sempat melonjak hingga Rp250 ribu-Rp300 ribu per kilogram, dari harga normal sekitar Rp50 ribu-Rp60 ribu per kg.

Lonjakan harga dipicu oleh terputusnya jalur distribusi di wilayah pesisir timur Aceh yang menjadi jalur utama pasokan sembako dari Sumatera Utara.

Selain cabai, harga telur ayam juga mengalami kenaikan menjadi sekitar Rp70 ribu per papan, dari harga normal Rp50 ribu per papan. Sejumlah komoditas lain seperti bawang dan gas subsidi 3 kg mulai langka di pasar karena pasokan tersendat.

Seorang pedagang di Pasar Al Mahirah Banda Aceh Rahmat mengatakan barang-barang kebutuhan pokok yang dijual pedagang saat ini merupakan stok terakhir. Selama beberapa hari, pasokan dari luar daerah tidak bisa masuk karena jalur distribusi terputus di wilayah Bireuen dan Aceh Tamiang.

Dalam periode 1-8 Desember 2025, harga cabai merah keriting di beberapa provinsi tercatat jauh di atas harga acuan. Di Sumatera Utara, harga rata-rata mencapai Rp67.526 per kg, Sumatera Barat Rp79.655 per kg, dan Aceh Rp84.194 per kg.

Sementara itu, harga cabai merah besar di Sumatera Selatan berada di kisaran Rp58.846 per kg, Maluku Utara Rp59.737 per kg, Sumatera Barat Rp60.137 per kg, dan Kalimantan Timur Rp60.751 per kg.

Data terbaru dari BNPB hingga Senin (8/12) pukul 09.30 WIB, total korban tewas akibat bencana banjir dan longsor di Sumatera telah mencapai 929 jiwa. Sebanyak 274 orang masih dinyatakan hilang, sementara korban luka mencapai sekitar 5.000 orang.

Bencana ini juga menyebabkan lebih dari 155 ribu rumah rusak dan berdampak pada 52 kabupaten di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Di Aceh sendiri, korban meninggal tercatat mencapai 366 jiwa, dengan angka tertinggi di Kabupaten Aceh Utara sebanyak 128 orang, disusul Aceh Timur 57 orang.

[Gambas:Video CNN]

(del/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER