Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI memperkuat posisi Indonesia dalam ekosistem kesehatan global melalui rangkaian kunjungan kerja strategis ke Tiongkok selama sepekan, mulai 4 November 2025.
Misi yang dipimpin Kepala BPOM Prof. Taruna Ikrar ini diarahkan untuk memperluas kolaborasi regulatori, mendorong inovasi vaksin dan terapi biologi, mengembangkan riset obat tradisional, serta mempercepat transfer teknologi kesehatan.
Salah satu agenda kunci adalah pertemuan Taruna Ikrar dengan Commissioner National Medical Products Administration (NMPA) Tiongkok, Li Li, di Beijing pada 11 November 2025 lalu. Pertemuan tersebut menegaskan komitmen penguatan kerja sama bilateral, khususnya dalam harmonisasi regulasi obat, vaksin, produk biologi, dan obat tradisional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BPOM dan NMPA membahas pembentukan joint technical working group, pengembangan confidentiality commitment, serta perluasan pertukaran data. Kerja sama ini juga mencakup pemanfaatan teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI) untuk inspeksi, pelacakan, dan farmakovigilans.
"Kami berharap kerja sama ini dapat semakin mempercepat proses evaluasi produk kesehatan tanpa mengurangi standar keamanan, efikasi, dan mutunya," kata Taruna Ikrar.
BPOM juga berkomitmen memperpanjang dan memperluas nota kesepahaman dengan NMPA agar dampaknya lebih luas bagi masyarakat kedua negara dan kawasan Asia.
Di sektor inovasi, BPOM mengunjungi Xiamen Innovax Biotech dan CanSino Biologics untuk menjajaki penguatan riset dan pengembangan vaksin serta terapi biologi. BPOM mengapresiasi inovasi vaksin hepatitis dan dan Human Papillomavirus (HPV) dari Innovax, serta teknologi vaksin inhalasi dan terapi biologis CanSino.
Taruna Ikrar menegaskan penerapan regulatory science dan pendekatan reliance dalam evaluasi pra-pasar untuk memperluas akses publik terhadap produk kesehatan yang aman dan efektif.
"Kami telah menerapkan pendekatan ini untuk mempercepat evaluasi produk yang jumlahnya mencapai lebih dari 70 produk biologi sejak 2017 lalu," tambahnya.
Selain itu BPOM juga kunjungan ke China Shijiazhuang Pharmaceutical Company (CSPC) Pharmaceutical Co. Ltd. BPOM meninjau fasilitas terapi sel dan gen (advanced therapy medicinal products/ATMP) yang dinilai relevan sebagai rujukan penguatan kerangka regulasi ATMP di Indonesia, termasuk perluasan akses terapi inovatif bagi penyakit kronis seperti stroke.
BPOM juga menyambut kerja sama pengembangan produk n-butylphthalide (NBP) yang akan masuk ke Indonesia melalui kolaborasi dengan industri farmasi nasional. NBP dalam bentuk tablet dan injeksi ini diindikasikan sebagai terapi untuk penderita stroke iskemik.
BPOM juga menilai kerja sama yang akan terjalin ini memiliki potensi ekonomi strategis dan dapat menjadi dasar pengembangan pusat riset bersama Indonesia-Tiongkok.
Kerja sama pengembangan obat tradisional dan bioteknologi dapat terus dikembangkan dengan mengacu pada model kolaborasi triple helix atau sinergi ABG (academic, business, and government) yang juga diperkenalkan Kepala BPOM ke stakeholder di Tiongkok.
Sinergi ini memungkinkan arus kerja sama penelitian, pengembangan, dan hilirisasi produk dapat berjalan lebih terarah.
Sementara dalam kehadirannya di Health & Life Science Summit 2025 di Shanghai, Kepala BPOM kembali menegaskan pentingnya diplomasi kesehatan global dan kolaborasi lintas negara untuk menghadapi tantangan di bidang obat dan makanan.
Ia menekankan perlunya integrasi inovasi, percepatan regulasi berbasis risiko, serta kerja sama pengembangan produk kesehatan yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Kemudian pertemuan dengan National Development and Reform Commission-International Cooperation Center (NDRC-ICC) menghasilkan minat Tiongkok memperluas riset jamu Indonesia, pertukaran teknologi, dan harmonisasi standar regulasi yang berdampak positif pada transformasi ATMP dan terapi masa depan di Tanah Air.
Pertemuan Kepala BPOM dengan akademisi Traditional Chinese Medicine (TCM) juga menekankan pentingnya integrasi TCM dan Jamu Indonesia sebagai peluang strategis dalam pengembangan obat tradisional berbasis riset dan pasar global.
Pembentukan TCM-Jamu business forum dapat dijadikan wadah resmi kolaborasi pemerintah, industri, dan akademisi kedua negara di bidang obat tradisional.
Bahkan dalam pertemuan dengan Shanghai Global Health Innovation Institute (GHII), delegasi Indonesia menghasilkan peluang kerja sama dalam pengembangan produk farmasi dan harmonisasi standar regulasi. Kerja sama ini merupakan salah satu langkah keberhasilan diplomasi kesehatan pada Shanghai Health & Life Science Summit 2025 yang dihelat pada 9 November lalu.
Di Universitas Xiamen dan Universitas Tsinghua, Kepala BPOM memberikan kuliah umum dan berdiskusi dengan akademisi mengenai pentingnya regulasi berbasis ilmu pengetahuan untuk mendukung ketahanan kesehatan global.
BPOM mendorong perluasan kerja sama riset, pengembangan teknologi, dan pelatihan kapasitas untuk mendukung pengawasan terapi inovatif, termasuk vaksin generasi baru dan ATMP. Ia juga memaparkan mengenai penguatan peran akademia dalam riset dan regulasi.
Rangkaian pertemuan di Tiongkok sejalan dengan agenda transformasi pengawasan BPOM, termasuk pengembangan sistem berbasis kecerdasan buatan untuk deteksi dini risiko obat dan makanan.
BPOM juga sedang menggarap integrasi data lintas negara dan peningkatan kecepatan evaluasi tanpa mengurangi prinsip kehati-hatian berdasarkan data ilmiah.
Kunjungan kerja di Tiongkok ini sangat potensial dalam percepatan investasi dan perdagangan global serta implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025-2029, yang menjadi Program Prioritas Presiden RI Prabowo Subianto.
Kepala BPOM mengungkapkan, potensi nilai ekonomi kerja sama Indonesia dan Tiongkok yang diperoleh dari kunjungan kerja ini diproyeksikan mencapai Rp10 triliun dalam jangka waktu 5 tahun ke depan.
"Nilai ini diperoleh dari proyeksi investasi, transfer teknologi, dan kolaborasi riset bersama. Kolaborasi dimaksud mencakup penyediaan vaksin, terapi berbasis sel dan gen, pengembangan industri farmasi, dan peningkatan kapasitas sektor kesehatan Indonesia," urai Taruna Ikrar.
Untuk dapat memaksimalkan peran sebagai connector dan katalis antara inovasi, industri, dan kebijakan publik, BPOM perlu senantiasa memastikan manfaat ekonomi dan kesehatan yang berkelanjutan dirasakan dampaknya bagi Indonesia.
Sejumlah langkah strategis dilakukan BPOM. Pertama, mendorong percepatan proses evaluasi dan registrasi produk inovatif dari mitra Tiongkok yang memiliki nilai tambah bagi industri dan kesehatan masyarakat.
Kedua, memfasilitasi skema transfer teknologi melalui mekanisme regulatory reliance, scientific advice, dan koordinasi teknis lintas lembaga.
Langkah selanjutnya, membangun jalur kolaborasi riset bersama (joint research) dalam pengembangan vaksin, ATMP, tanaman obat, dan teknologi kesehatan. Lalu memperkuat harmonisasi standar dan pengawasan untuk memastikan seluruh produk hasil kolaborasi memenuhi standar keamanan, efikasi, dan mutu sesuai regulasi nasional dan internasional.
Terakhir, mendukung perluasan investasi industri farmasi dan bioteknologi melalui penyederhanaan proses regulatori yang tetap menjaga prinsip kehati-hatian.
Kepala BPOM menekankan peran strategis BPOM dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. BPOM berkontribusi terhadap 30-40% perekonomian nasional melalui pengawasan obat, pangan, dan produk kesehatan.
"BPOM juga mendorong peningkatan kontribusi sektor kesehatan dan farmasi hingga 8% terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada periode 2028-2029 melalui penguatan kolaborasi internasional, transfer teknologi, dan inovasi berbasis riset," lanjut Taruna Ikrar.
Melalui penguatan diplomasi kesehatan dan kemitraan strategis, BPOM terus berupaya memastikan masyarakat Indonesia memperoleh akses terhadap obat, vaksin, dan produk kesehatan inovatif yang memenuhi standar keamanan dan mutu internasional.
Rangkaian kerja sama tersebut menegaskan komitmen BPOM dalam membangun ekosistem kesehatan nasional yang maju, mandiri, dan berdaya saing global untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
(ory)