Sebagian orang salah menganggap obat "kuat" sebagai solusi atas semua masalah di atas ranjang. Mereka mengira semua itu hanyalah permasalahan secara fisik. Padahal, ada juga yang mengalami disfungsi ereksi karena masalah psikologis.
Hal ini diungkapkan oleh Psikolog Seksual Zoya Amirin. Menurutnya, obat "kuat" dapat menimbulkan sugesti di kepala penggunanya. Mereka merasa obat tersebut berkhasiat padahal itu hanya ada di pikiran mereka. Akibatnya, tak jarang, mereka mengalami adiksi terhadap obat-obat itu.
Celakanya, konsumsi obat yang mengandung sildenafil itu mereka dapat tanpa bimbingan dokter. "Kalau diteruskan, akan bahaya. Apalagi kalau obat itu ilegal," kata Zoya saat diwawancarai CNN Indonesia melalui telepon, pada Jumat (5/12).
Menurutnya, ketergantungan pada obat kuat akan membuat pria menjadi lebih tidak manusiawi. Selain itu, bisa menyebabkan masalah lain, yaitu ketergantungan menonton film porno. Yang lebih parah adalah dapat memengaruhi keintiman dengan pasangan.
Kepercayaan diri pria pun dapat tergerus karena terlalu sering mengonsumsi obat kuat. Mereka jadi meragukan kemampuan dirinya sendiri. "Ada laki-laki yang masih berusia 27 tahun tetapi sudah rajin konsumsi obat kuat. Padahal, dia mampu ereksi tanpa harus mengonsumsi obat itu," kata Zoya bercerita.
Dituturkan oleh Zoya, pria cenderung melakukan pemboikotan terhadap diri sendiri. Mereka yang pernah gagal berereksi dan pernah mencicip khasiat obat kuat cenderung berpikir tidak akan berhasil tanpa konsumsi pil biru itu.
"Pria yang pernah gagal ereksi sekali saja, akan terus mengingatnya, walaupun mereka pernah berhasil ereksi sembilan kali," kata Zoya. Hal itulah yang membuat banyak pria lari ke obat kuat sebagai solusi instan.
Bila memang kesulitan memerangi adiksi itu, Zoya sangat menyarankan agar para pria mau memeriksakan diri ke seksolog. "Langsung konsultasi ke ahlinya. Dan jangan mudah menyerah," katanya kemudian mengakhiri pembicaraan.