Jakarta, CNN Indonesia -- Akhir 1989, bangunan yang didirikan rezim komunis Eropa Timur runtuh. Penyebabnya, gelombang pergolakan populer dengan kecepatan yang mengejutkan semua orang.
Pergolakan menjadi makin sengit dan memakan korban pada aksi terakhir revolusi domino, Ceausescu jatuh dari tampuk kekuasaannya. Selayaknya penguasa feodal, diktator Rumania itu menjalankan negara demi ambisi diri dan keluarga.
Saat ini, warisan Ceausescu masih menodai wajah Bukares, membangkrutkan negara dan membuat trauma generasi Rumania. Bagi beberapa orang, satu cara mengatasi kerusakan psikologis adalah menceritakan kisah mereka kepada wisatawan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka yang penasaran bergabung dengan tur di Bukares. Kenangan di era hitam, kisah hari-hari terakhir komunisme Rumania dikisahkan kembali.
Monumen Megalomania Parliamentary Palace yang megah menjadi titik keberangkatan. Seperti dikutip dari laman CNN, tempat ini adalah pengingat abadi atas megalomania pemimpin komunis itu. Irene (30), asisten parlemen yang jelita, membawa para turis pada angka sejarah.
Bangunan itu, katanya, merupakan terbesar ketiga di dunia, setelah piramida Aztex, Teotihuacan, dan perakitan roket hanggar Cape Canaveral.
Parliamentary Palace memakai karpet yang panjangnya 220 ribu meter persegi, 3.500 ton kristal dan satu juta meter kubik marmer. Karpet di Unio Hall utama beratnya 1,5 ton. Bagaimana sang diktator mewujudkan istana masyhur tersebut?
Irene bercerita, terjadi gempa pada 1977 di Bukares. Ceausescu lantas mengambil keuntungan dari gempa tersebut, dengan meruntuhkan sebagian besar kota yang lebih rendah dari Bukares. Meratakan bukit, dan mengubah aliran sungai Dombovita. Sebanyak 40 ribu orang dipindahkan paksa.
“Semua yang berada dalam area empat mil persegi dibangun kembali dari awal, bergaya istana rakyat. Sebuah stadion, beberapa rumah sakit dan dua lusin gereja atau sinagog dihancurkan,” kata Irene bercerita.
“Hanya tiga gereja Ortodoks bersejarah berhasil diselamatkan dengan memindakan mereka, fondasi dan semua bangunan diblokir agar tidak merusak pandangannya.”
Gema yang SempurnaKetika membangun konstruksi istana megah tersebut, Ceausescu memakai tenaga 700 arsitek dan 20 ribu pekerja bangunan, mereka melakukan tiga shift dalam sehari. Sebanyak 5.000 personel tentara dan 1,5 juta pekerja pabrik, yang disebut dengan relawan, mendampingi proyek itu.
Terdapat dua tangga spiral besar pada Union Hall istana. Tangga tersebut turun menuju pintu masuk utama. Memungkinkan Ceausescu dan istrinya Elena masuk melewati pintu masuk yang megah.
“Dia pendek dan sensitif terhadap tinggi,” kata Irene tentang Ceausescu. “Tangga tersebut dibangun dua kali untuk mencocokkan langkahnya.”
Lalu, perempuan itu bertepuk tangan. Suara tepukannya menggema.
“Setiap ruangan memiliki gema yang sempurna. Ketika Ceausescu menginginkan sesuatu, dia bertepuk tangan. Dia ingin semua orang tahu dia bertepuk tangan.”
Ceausescu tidak pernah melihat istananya selesai dibangun. Saat revolusi, Desember 1989, bangunan baru berdiri lengkap dua pertiga. Pemerintah selanjutnya tidak tahu apa yang harus dilakukan pada istana setengah jadi itu. Ekonomi Rumania diperkirakan ambruk dengan istana yang harus segera diselesaikan.
Istana yang batal dihuni sang diktaktor selesai juga pada 1994. Sejak 1996, istana itu ditempati oleh Senat Rumania dan Deputi-Deputi. Lantai dasar adalah rumah bagi museum seni modern.
Namun bangunan yang menelan biaya memusingkan, US$ 6 juta atau sekitar Rp 74 miliar per tahun, itu masih 70 persen kosong.
(win/vga)