Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah memimpin kampanye untuk peningkatan makanan di sekolah, selebriti chef Jamie Oliver kembali menyoroti masalah pangan lainnya. Kali ini ia menggerakkan kampanye untuk mendorong masyarakat membeli sayuran dan buah-buahan yang cacat bentuknya. Misalnya, wortel yang bengkok, pir berbentuk miring, kentang tak bulat sempurna. Semua ini dilakukannya dalam upaya untuk mengurangi makanan yang dibuang.
Sebelumnya, buah dan sayur yang cacat bentuk ini akan dibuang. Sayang, padahal buah yang tak sempurna bentuknya ini sebenarnya bisa dimakan dan memiliki rasa yang sempurna. Lewat kampanye Oliver, buah dan sayur tak sempurna ini akan dijual dengan harga miring mulai akhir Januari 2015 di Asda.
Inisiatif ini dipicu oleh sebuah investigasi dari selebriti chef sekaligus petani, Jimmy Doherty tentang skala limbah makanan di Inggris. Investigasi ini berawal dari sebuah program televisi Friday Night Feast.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam acara tersebut, mereka bertemu dengan pasangan petani, Olly dan Kevin Hammond yang memberitahukan bahwa mereka tidak bisa menjual ribuan ton sayur segar ke supermarket karena dianggap cacat. Olly dan Kevin, pemilik pertanian Tattersett di Norfolk sejak tahun 1959 mengatakan semua yang tidak masuk dalam grade akan dibuang. Pembuangan hasil panen ini merupakan pukulan besar bagi petani. Bagaimana tidak, wortel kelas A dijual 800 pondsterling per ton (Rp 15 juta), sedangkan wortel yang jelek dijual dengan harga 10 pondsterling (Rp 193 ribu) untuk pakan ternak.
Mereka mendekati Asda dan menyarankan sebuah percobaan kecil untuk mengetahui apakah masyarakat Inggris bersedia membeli sayuran cacat bila harga jualnya lebih murah.
Para pengecer, penjual terbesar kedua di Inggris, mengatakan faktor penting yang memengaruhi pembelian adalah harga dan kualitas. Namun penelitian kini menunjukkan bahwa sekitar 65 persen pelanggan masa kini masih mau membeli produk segar yang cacat. Sedangkan 75 persen lainnya pasti akan membeli jika harga jualnya lebih murah.
"Jika banyak orang Inggris yang sadar tentang jumlah makanan yang mereka sia-siakan, maka mereka pasti akan mulai melirik sayur dan buah cacat tersebut," kata Oliver. "Tidak ada perbedaan apapun, baik dalam rasa atau nilai gizi. Ini adalah makanan yang baik dan harus dimakan manusia. Ketika setengah juta orang di Inggris mengandalkan penyimpanan makanan, sampah seperti ini bukan hanya gila, tapi berbatasan dengan tindak kriminal."
Larangan produk tak penuhi standarJuli 2009 lalu, bergulir larangan kontroversial dari Uni Eropa tentang standar aturan 26 jenis buah dan sayuran. Dalam aturan ini tertulis tentang bentuk standar dan ukuran buah dan sayur layak jual. Wortel yang bengkok, mentimun keriting dan kentang berbintil adalah beberapa sayur dan buah yang dianggap tak memenuhi syarat.
Sampai saat itu, 20 sampai 40 persen buah dan sayuran di Inggris yang gagal memenuhi standar akan ditolak penjual, bahkan sebelum sampai di toko. Supermarket Inggris sempat menyalahkan konsumen karena terobsesi dengan kesempurnaan, sementara petani menyalahkan supermarket karena aturannya yang terlalu kaku, punya teknis dan spesifikasi yang terlalu tinggi. Sebaliknya, para pengecer, sudah lebih santai akan aturan ini.
"Bahkan jika buah dan sayuran memiliki beberapa bintil dan noda, ini tak akan memengaruhi kualitas dan rasanya. Wortel masih tetap wortel. Pelanggan hanya mencari produk yang rasanya enak, segar dan murah. Namun petani kita (Inggris.red) cerdas, dan mereka sudah menggunakan produk yang cacat itu untuk diolah lebih lanjut, makanan siap saji dan jus. Tetapi, kami melihat adanya kesempatan untuk mengembangkan dan memberi kesadaran lebih," kata Ian Harrison, direktur teknis di Asda.
Langkah ini didukung oleh badan penasihat pemerintah yang bergerak dalam upaya pengurangan limbah makanan Inggris. Menurut data dari lembaga ini, kerugian dan limbah dalam rantai pasokan produk segar berkisar kurang dari 10 persen, namun angkanya melonjak sampai 25 persen unyuk produk segar apel, bawang dan kentang.
Namun kini beberapa supermarket besar seperti Sainsbury dan Waitrose telah sedikit melunakkan aturan tersebut. Mereka menjual beberapa produk cacat dan tak sempurna. "Membeli buah dan sayuran cacat tidak berarti mengorbankan citarasa. Untuk memroduksi makanan butuh uang dan sumber daya yang penting, jadi kita harus menghargai itu," kata Emma Marsh, pemimpin Love Food Hate Waste.
(chs/mer)