Jakarta, CNN Indonesia -- Kadang kelainan tubuh yang terjadi manusia disalahartikan oleh banyak orang. Sampai-sampai ada yang menyebutnya sebagai kutukan. Padahal ternyata kelainan yang terjadi dalam diri manusia bisa dijelaskan secara ilmiah.
Anda tentu pernah mendengar tentang seorang laki-laki yang mempunyai dua penis. Tentu ini bukan sebuah kutukan. Ia mengalami kelainan itu sejak ia lahir, dan kelainan itu bernama diphallia.
(Baca juga:
Riwayat Hidup Pria dengan Dua Penis)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diphallia merupakan sebuah kelainan medis yang menyebabkan laki-laki terlahir dengan dua penis. Kelainan ini sangat jarang ditemukan, bahkan hanya ada 100 kasus diphallia sejak awal kemunculannya pada tahun 1609 yang dilaporkan oleh Johannes Jacob Wecker, seorang fisikawan dari Swiss. Bahkan kemungkinan terjadinya hanta 1:5.500.000 kelahiran di dunia yang mengalami kelainan diphallia dan tidak ada dua kasus yang sama persis.
Kehadiran diphallia dalam diri seseorang selalu disertai dengan munculnya kelainan bawaan, seperti kelainan ginjal, tulang belakang, usus belakang atau bisa juga duplikasi anorektal (dubur) dan saluran kencing.
Selain itu, juga ditemukan kelainan lain dalam diphallia, yaitu spina bifida. Spina bifida merupakan suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh. Penderita diphallia juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami infeksi saluran kencing karena saluran kencing yang mereka miliki lebih rumit. Mereka juga berisiko mengalami kemandulan.
Jenis diphallia juga beragam. Schneider membagi diphallia ke dalam tiga jenis, yaitu diphallia kelenjar, diphallia bifida, dan diphallia lengkap. Villanova dan Raventos menambahkan satu jenis lagi, yaitu pseudodiphallia. Kelainan ini ditunjukkan oleh adanya beberapa variasi pada uretra, mulai dari uretra berfungsi ganda sampai tidak berfungsinya uretra pada masing-masing penis.
Mayoritas memiliki corpus cavernosum tunggal dalam setiap organ. Meatus mungkin normal. Hypospadia atau epispadia, dan skrotum mungkin normal atau bifida. Testisnya normal, athropic, atau tidak turun.
Setelah diklasifikasikan lebih lanjut, ada dua kelompok utama, yaitu diphallia dan bifid phallus. Kedua kelompok dibagi lagi menjadi duplikasi sebagian dan duplikasi lengkap.
Diphallia lengkap ditunjukkan dengan adanya penis ganda, masing-masing dengan dua corpora cavernosa dan corpus spongiosum. Ketika hanya ada satu corpora cavernosa dalam setiap penis, maka terjadilah bifid phallus. Istilah ‘pseudodiphallia’ seperti yang awalnya digambarkan oleh Villanova dan Raventos, menunjukkan kondisi yang sama dengan diphallia sebagian.
Diperkirakan diphallia mulai terjadi pada janin ketika berumur 23 sampai 25 hari ketika kehamilan mengalami cedera, stres akibat zat kimia, atau rusaknya gen yang berperan dalam membentuk anatomi tubuh yang menghambat fungsi massa sel ekor dari mesoderm janin sebagai sinus urogenital yang terpisah dari tuberkulum genital dan rektum untuk membentuk penis.
(mer/mer)