Jakarta, CNN Indonesia -- Perjalanan karier desainer Indonesia Didi Budiardjo sudah memasuki usia 25 tahun. Merayakan perjalanan karier ini, Didi Budiardjo akan menyelenggarakan sebuah pameran busana melintasi waktu dan zaman yang bertema pilgrimage.
Pameran perjalanan hidup dan kariernya ini akan dilakukan selama sembilan hari mulai Kamis (15/1) sampai Jumat (25/1) di Museum Tekstil, Jakarta.
"Masa 25 tahun bukan masa yang singkat. Ini adalah semacam nostalgia untuk saya," kata Didi saat konferensi pers di Museum Tekstil, Jakarta, Rabu (7/1). "Buat saya ini momen penting, dedikasi 25 tahun butuh komitmen dan keteguhan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pilgrimage sendiri merupakan kreasi kedua dari karya triloginya, setelah Curiosity Cabinet yang diluncurkan beberapa waktu lalu. Pilgrimage bernarasi tentang pengembaraan Didi dalam perjalanan panjangnya dari tahun 1989 hingga 2015 dalam bentuk pameran di museum.
"Saya ingin memperkenalkan bentuk baru. Pemilihan museum sebagai lokasi pameran juga bertujuan untuk mendorong desainer tentang pentingnya archive busana," ujarnya.
Dalam pameran nanti, akan ada 70 busana yang dipamerkan. Semua set busana ini terdiri dari 300 benda pamer termasuk aksesori dan kelengkapan lainnya. Didi menambahkan, ia juga menghadirkan busana-busana yang pernah dibuat dari awal kariernya. "Nanti juga akan ada baju saya yang dibuat dari kertas, velvet, dan tafeta," katanya.
Keseluruhan koleksi Didi yang dipamerkan sebagian besar merupakan koleksi pribadinya, misalnya kebaya renda atau kebaya nyonya, batik lasem, dan wastra Nusantara lainnya. Namun ada beberapa koleksi busananya yang sudah terjual. Untuk itu, ia pun meminjam kembali dari teman-temannya, termasuk salah satu di antaranya adalah Veronica Tan, istri Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.
Dalam pamerannya, Didi juga menggandeng Felix Tjahyadi sebagai art director. Felix mendukung penuh langkah dan inovasi Didi untuk memperlihatkan karyanya dalam bentuk pameran.
"Busana itu penting dipamerkan karena busana memiliki relasi yang kuat dengan satu era. Misalnya perang, dan lainnya. Tapi sayang kita enggak pernah lihat busananya ada, di museum pun terbatas. Fesyen juga berkaitan dengan budaya dan sejarah," kata Felix.
Felix mengatakan, nantinya perjalanan desain Didi akan digambarkan dalam 14 ruangan di museum. "Ke-14 ruang memiliki tema yang berbeda. Ruangan ini akan membawa pengunjung ke kilas balik proses kreatif Didi dalam mendesain," ucapnya.
Ke-14 ruangan ini bertema the atelier yang menghadirkan sketsa dan langkah awal proses penciptaan busana Didi, ruang the reflection yang menghadirkan koleksi awal perjalanannya. Kemudian ruangan selanjutnya adalah the white forest (semuanya bernuansa putih), the moonless (busana serba hitam), the gula kelapa (ruangan merah putih dan khusus batik serta kebaya), the eastern (karya busana bernuansa Tiongkok dan Jepang), the gleaming lights (baju yang penuh kilau), the embroidery (baju sulam), the birds (gaun berdetail bulu-bulu), the day before (replika ruang belakang panggung dengan koleksi busana dominan merah), dan the gazing room (baju dan kain koleksi pribadi Didi).
Dalam pameran ini, Didi juga mengajak serta beberapa desainer lainnya yaitu Susan Budihardjo, Adrian Gan, Eddy Betty dan Sebastian Gunawan. "Mereka belum tentu akan menghadirkan koleksi busananya, bisa saja dalam bentuk yang lain, nanti dilihat saja," ucap Didi berteka-teki.
(chs/mer)